allatiflatif
Kamis, 11 Desember 2014
soal-soal pejaskes dan jawabanya
Sabtu, 06 Desember 2014
blogger
Senin, 24 November 2014
Kisah Nabi Ibrahim a.s ( lengkap)
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar
{Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau'
bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin
Arfakhsyad bin Saam bin Nuh a.s. Ia dilahirkan di sebuah tempat
bernama "Faddam A'ram" dalam
kerajaan "Babylon" yang pada waktu
itu diperintah oleh seorang raja
bernama "Namrud bin Kan'aan."
Kerajaan Babylon pada masa itu
termasuk kerajaan yang makmur
rakyat hidup senang, sejahtera
dalam keadaan serba cukup sandang
mahupun pandangan serta saranan-
saranan yang menjadi keperluan
pertumbuhan jasmani mereka. Akan
tetapi tingkatan hidup rohani
mereka masih berada di tingkat
jahiliah. Mereka tidak mengenal
Tuhan Pencipta mereka yang telah
mengurniakan mereka dengan segala
kenikmatan dan kebahagiaan
duniawi. Persembahan mereka
adalah patung-patung yang mereka
pahat sendiri dari batu-batu atau
terbuat dari lumpur dan tanah.
Raja mereka Namrud bin Kan'aan
menjalankan tampuk pemerintahnya
dengan tangan besi dan kekuasaan
mutlak. Semua kehendaknya harus
terlaksana dan segala perintahnya
merupakan undang-undang yang
tidak dapat dilanggar atau di tawar.
Kekuasaan yang besar yang berada
di tangannya itu dan kemewahan
hidup yang berlebih-lebihan yang ia
nikmati lama-kelamaan menjadikan
ia tidak puas dengan kedudukannya
sebagai raja. Ia merasakan dirinya
patut disembah oleh rakyatnya
sebagai tuhan. Ia berfikir jika
rakyatnya mahu dan rela menyembah
patung-patung yang terbina dari
batu yang tidak dapat memberi
manfaat dan mendatangkan
kebahagiaan bagi mereka, mengapa
bukan dialah yang disembah sebagai
tuhan. Dia yang dapat berbicara,
dapat mendengar, dapat berfikir,
dapat memimpin mereka, membawa
kemakmuran bagi mereka dan
melepaskan dari kesengsaraan dan
kesusahan. Dia yang dapat
mengubah orang miskin menjadi
kaya dan orang yang hina-dina
diangkatnya menjadi orang mulia. di
samping itu semuanya, ia adalah
raja yang berkuasa dan memiliki
negara yang besar dan luas.
Di tengah-tengah masyarakat yang
sedemikian buruknya lahir dan
dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari
seorang ayah yang bekerja sebagai
pemahat dan pedagang patung. Ia
sebagai calon Rasul dan pesuruh
Allah yang akan membawa pelita
kebenaran kepada kaumnya,jauh-
jauh telah diilhami akal sihat dan
fikiran tajam serta kesedaran bahawa
apa yang telah diperbuat oleh
kaumnya termasuk ayahnya sendiri
adalah perbuat yang sesat yang
menandakan kebodohan dan
kecetekan fikiran dan bahawa
persembahan kaumnya kepada
patung-patung itu adalah perbuatan
mungkar yang harus di banteras dan
diperangi agar mereka kembali
kepada persembahan yang benar
ialah persembahan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Tuhan pencipta
alam semesta ini.
Semasa remajanya Nabi Ibrahim
sering disuruh ayahnya keliling kota
menjajakan patung-patung
buatannya namun karena iman dan
tauhid yang telah diilhamkan oleh
Tuhan kepadanya ia tidak
bersemangat untuk menjajakan
barang-barang itu bahkan secara
mengejek ia menawarkan patung-
patung ayahnya kepada calon
pembeli dengan kata-kata: "
Siapakah yang akan membeli
patung-patung yang tidak berguna
ini? "
Nabi Ibrahim as mendapatkan
tempat khusus di sisi Allah SWT.
Ibrahim termasuk salah satu nabi
ulul azmi di antara lima nabi di
mana Allah SWT mengambil dari
mereka satu perjanjian yang berat.
Kelima nabi itu adalah Nabi Nuh,
Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa,
dan Nabi Muhammad saw - sesuai
dengan urutan diutusnya mereka.
Ibrahim adalah seorang nabi yang
diuji oleh Allah SWT dengan ujian
yang jelas. Yaitu ujian di atas
kemampuan manusia biasa.
Meskipun menghadapi ujian dan
tantangan yang berat, Nabi Ibrahim
tetap menunjukkan sebagai seorang
hamba yang menepati janjinya dan
selalu menunjukkan sikap terpuji.
Allah SWT berfirman:
"Dan Ibrahim yang selalu
menyempurnakan janji. " (QS. an-
Najm: 37)
Allah SWT menghormati Ibrahim
dengan penghormatan yang khusus.
Allah SWT menjadikan agamanya
sebagai agama tauhid yang murni
dan suci dari berbagai kotoran, dan
Dia menjadikan akal sebagai alat
penting dalam menilai kebenaran
bagi orang-orang yang mengikuti
agama-Nya. Allah SWT berfirman:
"Dan tidak ada yang benar kepada
agama Ibrahim, melainkan orang
yang memperbodoh dirinya sendiri
dan sungguh Kami telah
memilihnya di dunia dan
sesungguhnya Dia di akhirat benar-
benar termasuk orang yang
soleh." (QS. al-Baqarah: 130)
Allah SWT memuji Ibrahim dalam
flrman-Nya:
"Sesungguhnya Ibrahim adalah
seorang imam yang dapat dijadikan
teladan lagi patuh kepada Allah dan
hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia
termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (Tuhan). " (QS.
an- Nahl: 120)
Termasuk keutamaan Allah SWT yang
diberikan-Nya kepada Ibrahim
adalah, Dia menjadikannya sebagai
imam bagi manusia dan
menganugerahkan pada
keturunannya kenabian dan
penerimaan kitab (wahyu). Oleh
kerana itu, kita dapati bahawa setiap
nabi setelah Nabi Ibrahim as adalah
anak-anak dan cucu-cucunya. Ini
semua merupakan bukti janji Allah
SWT kepadanya, di mana Dia tidak
mengutus seorang nabi kecuali
datang dari keturunannya. Demikian
juga kedatangan nabi yang terakhir,
yaitu Nabi Muhammad saw, adalah
sebagai wujud dari terkabulnya doa
Nabi Ibrahim yang diucapkannya
kepada Allah SWT di mana ia
meminta agar diutus di tengah-
tengah kaum yang umi seorang rasul
dari mereka. Ketika kita membahas
keutamaan Nabi Ibrahim dan
penghormatan yang Allah SWT
berikan kepadanya, nescaya kita akan
mendapatkan hal-hal yang
menakjubkan.
Kita di hadapan seorang manusia
dengan hati yang suci. Manusia yang
ketika diperintahkan untuk
menyerahkan diri ia pun segera
berkata, bahawa aku telah
menyerahkan diriku kepada Pengatur
alam semesta. Ia adalah seorang
Nabi yang pertama kali menamakan
kita sebagai al- Muslimin (orang-
orang yang menyerahkan diri).
Seorang Nabi yang doanya terkabul
dengan diutusnya Muhammad bin
Abdullah saw. la adalah seorang
Nabi yang merupakan datuk dan
ayah dari pada nabi yang datang
setelahnya. Ia seorang Nabi yang
lembut yang penuh cinta kasih
kepada manusia dan selalu kembali
kepada jalan kebenaran. Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya Ibrahim itu benar-
benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah." (QS. Hud: 75)
"(Yaitu): Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim." (QS. as-
Shaffat: 109)
Demikianlah Allah SWT sebagai
Pencipta memperkenalkan hamba-
Nya Ibrahim. Tidak kita temukan
dalam kitab Allah SWT penyebutan
seorang nabi yang Allah SWT angkat
sebagai kekasih-Nya kecuali Ibrahim.
Hanya ia yang Allah SWT khususkan
dengan firman-Nya:
"Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi kesayangan-Nya." (QS. an-
Nisa': 125)
Para ulama berkata bahawa al-Hullah
adalah rasa cinta yang sangat.
Demikianlah pengertian dari ayat
tersebut. Allah SWT mengangkat
Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Ini
merupakan suatu kedudukan yang
mulia dan sangat tinggi. Di hadapan
kedudukan yang tinggi ini, Ibrahim
duduk dan merenung: aku telah
memperoleh dan apa yang aku
peroleh. Hati apakah yang ada di
dalam diri Nabi Ibrahim, rahmat apa
yang diciptakan, dan kemuliaan apa
yang dibentuk, dan cinta apa yang
diberikan. Sesungguhnya puncak
harapan para pejalan rohani dan
tujuan akhir para sufi adalah
"merebut" cinta Allah SWT.
Bukankah setiap orang
membayangkan dan mengangan-
angankan untuk mendapatkan cinta
dari Allah SWT? Demikianlah
harapan setiap manusia.
Nabi Ibrahim adalah seorang harnba
Allah SWT yang berhak diangkat-Nya
menjadi al-Khalil (kekasih Allah SWT)
. Itu adalah darjat dari darjat- darjat
kenabian yang kita tidak mengetahui
nilainya. Kita juga tidak mengetahui
bagaimana kita menyifatinya. Berapa
banyak pernyataan- pernyataan
manusia berkaitan dengan hal
tersebut, namun rasa-rasanya ia
laksana penjara yang justru
menggelapkannya. Kita di hadapan
kurnia Ilahi yang besar yang
terpancar dari cahaya langit dan
bumi. Adalah hal yang sangat
mengagumkan bahawa setiap kali
Nabi Ibrahim mendapatkan ujian
dan kepedihan, beliau justru
menciptakan permata. Adalah hal
yang sangat menghairankan bahawa
hati yang suci ini justru menjadi
matang sejak usia dini.
Al-Quran al-Karim tidak menceritakan
tentang proses kelahirannya dan
masa kecilnya. Kita mengetahui
bahawa di masa Nabi Ibrahim
manusia terbagi menjadi tiga
kelompok. Kelompok pertama
menyembah patung- patung yang
terbuat dari kayu dan batu.
Kelompok kedua menyembah bintang
dan bulan dan kelompok ketiga
menyembah raja-raja atau penguasa.
Cahaya akal saat itu padam
sehingga kegelapan memenuhi
segala penjuru bumi. Akhirnya,
kehausan bumi untuk mendapatkan
rahmat dan kelaparannya terhadap
kebenaran pun semakin meningkat.
Dalam suasana yang demikianlah
Nabi Ibrahim dilahirkan. Ia
dilahirkan dari keluarga yang
mempunyai keahlian membuat
patung atau berhala. Disebutkan
bahawa ayahnya meninggal sebelum
ia dilahirkan kemudian ia diasuh
oleh pamannya di mana pamannya
itu menduduki kedudukan ayahnya.
Nabi Ibrahim pun memanggil
dengan sebutan-sebutan yang biasa
ditujukan kepada seorang ayah. Ada
juga ada yang mengatakan bahawa
ayahnya tidak meninggal dan Azar
adalah benar-benar ayahnya. Ada
pendapat lain yang mengatakan
bahawa Azar adalah nama salah satu
patung yang cukup terkenal yang
dibuat oleh ayahnya. Alhasil,
Ibrahim berasal dari keluarga
semacam ini.
Kepala keluarga Ibrahim adalah
salah seorang seniman yang terbiasa
memahat patung-patung sehingga
profesion si ayah mendapatkan
kedudukan istimewa di tengah-
tengah kaumnya. Keluarga Nabi
Ibrahim sangat dihormati. Dalam
bahasa kita saat ini bisa saja ia
disebut dengan keluarga aristokrat.
Dari keluarga semacam ini lahir
seorang anak yang mampu
menentang penyimpangan dari
keluarganya sendiri, dan menentang
sistem masyarakat yang rosak serta
melawan berbagai macam ramalan
para dukun, dan menentang
penyembahan berhala dan bintang,
serta segala bentuk kesyirikan.
Akhirnya, beliau mendapatkan ujian
berat saat beliau dimasukkan ke
dalam api dalam keadaan hidup-
hidup. Kita tidak ingin mendahului
peristiwa tersebut. Kami ingin
memulai kisah Nabi Ibrahim sejak
masa kecilnya. Nabi Ibrahim adalah
seseorang yang akalnya cemerlang
sejak beliau berusia muda. Allah
SWT menghidupkan hatinya dan
akalnya dan memberinya hikmah
sejak masa kecilnya.
Nabi Ibrahim mengetahui saat
beliau masih kecil bahawa ayahnya
seseorang yang membuat patung-
patung yang unik.[1] Pada suatu
hari, ia bertanya terhadap ciptaan
ayahnya kemudian ayahnya
memberitahunya bahawa itu adalah
patung-patung dari tuhan-tuhan.
Nabi Ibrahim sangat kehairanan
melihat hal tersebut, kemudian
timbul dalam dirinya - melalui akal
sehatnya - penolakan terhadapnya.
Uniknya, Nabi Ibrahim justru
bermain-main dengan patung itu
saat ia masih kecil, bahkan
terkadang ia menunggangi punggung
patung-patung itu seperti orang-
orang yang biasa menunggang keldai
dan binatang tunggangan lainnya.
Pada suatu hari, ayahnya melihatnya
saat menunggang punggung patung
yang bernama Mardukh. Saat itu
juga ayahnya marah dan
memerintahkan anaknya agar tidak
bermain-main dengan patung itu
lagi.
Ibrahim bertanya: "Patung apakah ini wahai ayahku? Kedua telinganya besar, lebih besar dari telinga kita."
Ayahnya menjawab: "Itu adalah
Mardukh, tuhan para tuhan wahai anakku, dan kedua telinga yang besar itu sebagai simbol dari kecerdasan yang luar biasa." Ibrahim
tampak tertawa dalam dirinya
padahal saat itu beliau baru
menginjak usia tujuh tahun.
Injil Barnabas melalui lisan Nabi Isa
menceritakan kepada kita, bahawa
Nabi Ibrahim mengejek ayahnya saat
beliau masih kecil. Suatu hari,
Ibrahim bertanya kepada ayahnya:
"Siapa yang menciptakan manusia
wahai ayahku?" Si ayah menjawab:
"Manusia, kerana akulah yang
membuatmu dan ayahku yang
membuat aku." Ibrahim justru
menjawab: "Tidak demikian wahai
ayahku, kerana aku pernah
mendengar seseorang yang sudah
tua yang berkata: "Wahai Tuhanku
mengapa Engkau tidak memberi aku
anak."
Si ayah berkata: "Benar wahai
anakku, Allah yang membantu
manusia untuk membuat manusia
namun Dia tidak meletakkan tangan-
Nya di dalamnya. Oleh kerana itu,
manusia harus menunjukkan
kerendahan di hadapan Tuhannya
dan memberikan korban untuk-Nya."
Kemudian Ibrahim bertanya lagi:
"Berapa banyak tuhan-tuhan itu
wahai ayahku?" Si ayah menjawab:
"Tidak ada jumlahnya wahai
anakku." Ibrahim berkata: "Apa yang
aku lakukan wahai ayahku jika aku
mengabdi pada satu tuhan lalu
tuhan yang lain membenciku kerana
aku tidak mengabdi pada-Nya?
Bagaimana terjadi persaingan dan
pertentangan di antara tuhan?
Bagaimana seandainya tuhan yang
membenciku itu membunuh
tuhanku? Boleh jadi ia membunuhku
juga."
Si ayah menjawab dengan tertawa:
"Kamu tidak perlu takut wahai
anakku, kerana tidak ada
permusuhan di antara sesama
tuhan. Di dalam tempat
penyembahan yang besar terdapat
ribuan tuhan dan sampai sekarang
telah berlangsung tujuh puluh
tahun. Meskipun demikian, belum
pernah kita mendengar satu tuhan
memukul tuhan yang lain." Ibrahim
berkata: "Kalau begitu terdapat
suasana harmonis dan kedamaian di
antara mereka."Si ayah menjawab:
"Benar."
Ibrahim bertanya lagi: "Dari apa
tuhan-tuhan itu diciptakan? Orang
tua itu menjawab: "Ini dari kayu-
kayu pelepah kurma, itu dari zaitun,
dan berhala kecil itu dari gading.
Lihatlah alangkah indahnya. Hanya
saja, ia tidak memiliki nafas."
Ibrahim berkata: "Jika para tuhan
tidak memiliki nafas, maka
bagaimana mereka dapat
memberikan nafas? Bila mereka
tidak memiliki kehidupan bagaimana
mereka memberikan kehidupan?
Wahai ayahku, pasti mereka bukan
Allah." Mendengar ucapan Ibrahim
itu, sang ayah menjadi berang dan
marah sambil berkata: "Seandainya
engkau sudah dewasa nescaya aku
pukul dengan kapak ini."
Ibrahim berkata: "Wahai ayahku, jika
para tuhan membantu dalam
penciptaan manusia, maka
bagaimana mungkin manusia
menciptakan tuhan? Jika para tuhan
diciptakan dari kayu, maka
membakar kayu merupakan
kesalahan besar, tetapi katakanlah
wahai ayahku, bagaimana engkau
menciptakan tuhan-tuhan dan
membuat baginya tuhan yang cukup
baik, namun bagaimana tuhan-tuhan
membantumu untuk membuat anak-
anak yang cukup banyak sehingga
engkau menjadi orang yang paling
kuat di dunia?"
Selesailah dialog antara Ibrahim dan
ayahnya dengan terjadinya
pemukulan oleh si ayah terhadap
Ibrahim. Kemudian berlalulah hari
demi hari dan Ibrahim menjadi
besar. Sejak usia anak-anak, hati
Ibrahim menanam rasa benci
terhadap patung-patung yang
dibuat oleh ayahnya sendiri.
Ibrahim tidak habis mengerti,
bagaimana manusia yang berakal
membuat patung-patung dengan
tangannya sendiri kemudian setelah
itu ia sujud dan menyembah
terhadap apa yang dibuatnya.
Ibrahim memperhatikan bahawa
patung-patung tersebut tidak makan
dan minum dan tidak mampu
berbicara, bahkan seandainya ada
seseorang yang membaliknya ia tidak
mampu bangkit dan berdiri
sebagaimana asalnya. Bagaimana
manusia membayangkan bahawa
patung-patung tersebut dapat
mendatangkan bahaya dan
memberikan manfaat? Pemikiran ini
banyak merisaukan Ibrahim dalam
tempo yang lama. Apakah mungkin
semua kaumnya bersalah sementara
hanya ia yang benar? Bukankah yang
demikian ini sangat menghairankan?
Kaum Nabi Ibrahim mempunyai
tempat penyembahan yang besar
yang dipenuhi berbagai macam
berhala. Di tengah-tengah tempat
penyembahan itu terdapat mihrab
yang diletakkan di dalamnya patung-
patung yang paling besar. Ibrahim
mengunjungi tempat itu bersama
ayahnya saat ia masih kecil. Ibrahim
memandang berhala-berhala yang
terbuat dari batu-batuan dan kayu
itu dengan pandangan yang
menghinakan. Hal ini sangat
menghairankan masyarakat pada
saat itu kerana saat memasuki
tempat penyembahan itu, mereka
menampakkan ketundukan dan
kehormatan di hadapan patung-
patung. Bahkan mereka menangis
dan memohon berbagai macam hal.
Seakan-akan patung- patung itu
mendengar apa yang mereka
keluhkan dan bicarakan.
Mula-mula pemandangan tersebut
membuat Ibrahim tertawa kemudian
lama-lama Ibrahim marah. Hal yang
menghairankan baginya bahawa
manusia-manusia itu semuanya
tertipu, dan yang semakin
mempersulit masalah adalah, ayah
Ibrahim ingin agar Ibrahim menjadi
dukun saat ia besar. Ayah Ibrahim
tidak menginginkan apa-apa kecuali
agar Ibrahim memberikan
penghormatan kepada patung-
patung itu, namun ia selalu
mendapati Ibrahim menentang dan
meremehkan patung-patung itu.
Pada suatu hari Ibrahim bersama
ayahnya masuk di tempat
penyembahan itu. Saat itu terjadi
suatu pesta dan perayaan di
hadapan patung-patung, dan di
tengah-tengah perayaan tersebut
terdapat seorang tokoh dukun yang
memberikan pengarahan tentang
kehebatan tuhan berhala yang
paling besar. Dengan suara yang
penuh penghayatan, dukun itu
memohon kepada patung agar
menyayangi kaumnya dan memberi
mereka rezeki. Tiba-tiba keheningan
saat itu di pecah oleh suara Ibrahim
yang ditujukan kepada tokoh dukun
itu: "Hai tukang dukun, ia tidak akan
pernah mendengarmu. Apakah
engkau meyakini bahawa ia
mendengar?" Saat itu manusia mulai
kaget. Mereka mencari dari mana
asal suara itu. Ternyata mereka
mendapati bahawa suara itu suara
Ibrahim. Lalu tokoh dukun itu mulai
menampakkan kerisauan dan
kemarahannya. Tiba-tiba si ayah
berusaha menenangkan keadaan dan
mengatakan bahawa anaknya sakit
dan tidak mengetahui apa yang
dikatakan.
Lalu keduanya keluar dari tempat
penyembahan itu. Si ayah menemani
Ibrahim menuju tempat tidurnya
dan berusaha menidurkannya dan
meninggalkannya setelah itu.
Namun, Ibrahim tidak begitu saja
mahu tidur ketika beliau melihat
kesesatan yang menimpa manusia.
Beliau pun segera bangkit dari
tempat tidurnya. Beliau bukan
seorang yang sakit. Beliau merasa
dihadapkan pada peristiwa yang
besar. Beliau menganggap mustahil
bahawa patung-patung yang terbuat
dari kayu-kayu dan batu- batuan itu
menjadi tuhan bagi kaumnya.
Ibrahim keluar dari rumahnya
menuju ke gunung. Beliau berjalan
sendirian di tengah kegelapan.
Beliau memilih salah satu gua di
gunung, lalu beliau rnenyandarkan
punggungnya dalam keadaan duduk
termenung. Beliau memperhatikan
langit. Beliau mulai bosan
memandang bumi yang dipenuhi
dengan suasana jahiliah yang
bersandarkan kepada berhala.
Tidak lama setelah Nabi Ibrahim
memperhatikan langit kemudian
beliau melihat-lihat berbagai
bintang yang disembah di bumi.
Saat itu hati Nabi Ibrahim - sebagai
pemuda yang masih belia -
merasakan kesedihan yang luar
biasa. Lalu beliau melihat apa yang
di belakang bulan dan bintang. Hal
itu sangat mengagumkannya.
Mengapa manusia justru
menyembah ciptaan Tuhan?
Bukankah semua itu muncul dan
tenggelam dengan izin- Nya. Nabi
Ibrahim mengalami dialog internal
dalam dirinya. Allah SWT
menceritakan keadaan ini dalam
surah al-An'am:
"Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim
berkata kepada bapaknya Azar:
'Pantaskah kamu menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-
tuhan? Sesungguhnya aku melihat
kamu dan kaummu dalam
kesesatan yang nyata.' Dan
demikianlah Kami perlihatkan
kepada Ibrahim tanda- tanda
keagungan (Kami yang terdapat) di
langit dan di bumi, dan Kami
(memperlihatkannya) agar Ibrahim
itu termasuk orang-orang yang
yakin. Ketika malam menjadi gelap,
dia melihat sebuah bintang (lalu)
dia berkata: 'Inilah Tuhanku,'
tetapi tatkala bintang itu
tenggelam, dia berkata: 'Saya tidak
suka kepada yang
tenggelam.'" (QS. al-An'am: 74-76)
Al-Quran tidak menceritakan kepada
kita peristiwa atau suasana yang
dialami Ibrahim saat menyatakan
sikapnya dalam hal itu, tapi kita
merasa dari konteks ayat tersebut
bahawa pengumuman ini terjadi di
antara kaumnya. Dan tampak
bahawa kaumnya merasa puas
dengan hal tersebut. Mereka
mengira bahawa Ibrahim menolak
penyembahan berhala dan
cenderung pada penyembahan
bintang. Kita ketahui bahawa di
zaman Nabi Ibrahim manusia
menjadi tiga bahagian. Sebahagian
mereka menyembah berhala
sebahagian lagi menyembah bintang,
dan sebahagian yang lain
menyembah para raja. Namun di
saat pagi, Nabi Ibrahim
mengingatkan kaumnya dan
membikin mereka terkejut di mana
bintang-bintang yang diyakininya
kelmarin kini telah tenggelam.
Ibrahim mengatakan bahawa ia tidak
menyukai yang tenggelam. Allah SWT
berfirman:
"Ketika malam telah menjadi gelap,dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
'Inilah Tuhanku.'" (QS. al-An'am:
76)
Ibrahim kembali merenung dan
memberitahukan kaumnya pada
malam kedua bahawa bulan adalah
tuhannnya. Kaum Nabi Ibrahim tidak
mengetahui atau tidak memiliki
kapasiti logik yang cukup atau
kecerdasan yang cukup, bahawa
sebenarnya Ibrahim ingin
menyedarkan dengan cara sangat
lembut dan penuh cinta. Bagaimana
mereka menyembah tuhan yang
terkadang tersembunyi dan
terkadang muncul atau terkadang
terbit dan terkadang tenggelam.
Mula-mula kaum Nabi Ibrahim tidak
mengetahui yang demikian itu.
Pertama-tama Ibrahim menyanjung
bulan tetapi ternyata bulan seperti
bintang yang lain, ia pun muncul
dan tenggelam: Allah SWT
berfirman:
"Kemudian tatkala dia melihat
sebuah bulan terbit dia berkata:
'Inilah Tuhanku.' Tetapi setelah
bulan itu terbenam dia berkata:
'Sesungguhnya jika Tuhanku tidak
memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk orang-orang
yang sesat.'" (QS. al-An'am: 77)
Kita perhatikan di sini bahawa
beliau berbicara dengan kaumnya
tentang penolakan penyembahan
terhadap bulan. Ibrahim berhasil
"merobek" keyakinan terhadap
penyembahan bulan dengan penuh
kelembutan dan ketenangan.
Bagaimana manusia menyembah
tuhan yang terkadang tersembunyi
dan terkadang muncul. Sungguh,
kata Ibrahim, betapa aku
membayangkan apa yang terjadi
padaku jika Tuhan tidak
membimbingku. Nabi Ibrahim
mengisyaratkan kepada mereka
bahawa beliau memiliki Tuhan,
bukan seperti tuhan-tuhan yang
mereka sembah. Namun lagi-lagi
mereka belum mampu menangkap
isyarat Nabi Ibrahim. Beliau pun
kembali menggunakan argumentasi
untuk menundukkan kelompok
pertama dari kaumnya, yaitu
penyembah bintang. Allah SWT
berfirman:
"Kemudian tatkala dia melihat
matahari terbit, dia berkata: 'Inilah
Tuhanku. Inilah yang lebih besar.'
Maka tatkala matahari itu
terbenam, dia berkata: 'Hai
kaumku, sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada
Tuhan yang menciptakan langit danbumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan.'" (QS. al-An'am: 78-79)
Ibrahim berdialog dengan
penyembah matahari. Beliau
memberitahukan bahawa matahari
adalah tuhannya kerana dia yang
terbesar. Lagi-lagi Ibrahim
memainkan peran yang penting
dalam rangka menggugah fikiran
mereka. Para penyembah matahari
tidak mengetahui bahawa mereka
menyembah makhluk. Jika mereka
mengira bahawa ia adalah besar,
maka Allah SWT Maha Besar.
Setelah Ibrahim memberitahukan
bahawa matahari adalah tuhannya,
beliau menunggu saat yang tepat
sehingga matahari itu tenggelam
dan ternyata benar dia bagaikan
sembahan-sembahan yang lain yang
suatu saat akan tenggelam. Setelah
itu Ibrahim memploklamirkan
bahawa beliau terbebas dari
penyembahan bintang.
Ibrahim mulai memandang dan
memberikan pengarahan kepada
kaumnya bahawa di sana ada
Pencipta langit dan bumi.
Argumentasi Ibrahim mampu
memunculkan kebenaran, tetapi
sebagaimana biasa kebatilan tidak
tunduk begitu saja. Mereka mulai
menampakkan taringnya dan mulai
menggugat keberadaan dan
kenekatan Ibrahim as. Mereka mulai
menentang Nabi Ibrahim dan mulai
mendebatnya dan bahkan
mengancamnya. Allah SWT
berfirman:
"Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah
memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada
(malapetaka dari) sembahan-
sembahan yang kamu persekutukandengan Allah, kecuali jika Tuhanku menghendaki sesuatu (dari
malapetaka) itu. Pengetahuan
Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu
tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan
yang kamu persekutukan (dengan Allah) padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan -sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah
kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka
manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui)?'" (QS. al- An'am: 80-81)
Kita tidak mengetahui sampai sejauh
mana ketajaman pergelutan antara
Nabi Ibrahim dan kaumnya, dan
bagaimana cara mereka menakut-
nakuti Nabi Ibrahim. Al-Quran tidak
menyinggung hal tersebut. Namun
yang jelas, tempat mereka yang
penuh kebatilan itu mampu
dilumpuhkan oleh Al-Quran. Dari
cerita tersebut, Al-Quran
mengemukakan Nabi bahawa
Ibrahim menggunakan logik seorang
yang berfikir sehat. Menghadapi
berbagai tantangan dan ancaman
dari kaumnya, Nabi Ibrahim justru
mendapatkan kedamaian dan tidak
takut kepada mereka. Allah SWT
berfirman:
"Orang-orang yang beriman dan
tidak mencampur adukan iman
mereka dengan kelaliman (syirik),
mereka itulah orang-orang yang
mendapat keamanan dan mereka
itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk. " (QS. al-
An'am: 82)
Allah SWT selalu memberikan hujah
atau argumentasi yang kuat kepada
Nabi Ibrahim sehingga beliau
mampu menghadapi kaumnya. Allah
SWT berfirman:
"Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami
kehendaki beberapa darjat.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
" (QS. al-An'am: 83)
Ibrahim didukung oleh Allah SWT
dan diperlihatkan kerajaan langit
dan bumi. Demikianlah Nabi
Ibrahim terus melanjutkan
penentangan pada penyembahan
berhala. Tentu saat ini pergelutan
dan pertentangan antara beliau dan
kaumnya semakin tajam dan semakin
meluas. Beban yang paling berat
adalah saat beliau harus
berhadapan dengan ayahnya, di
mana profesion si ayah dan rahsia
kedudukannya merupakan biang
keladi dari segala penyembahan
yang diikuti majoriti kaumnya. Nabi
Ibrahim keluar untuk berdakwah
kepada kaumnya dengan berkata:
"Patung-patung apakah ini yang
kamu tekun beribadah kepadanya?
Mereka menjawab: 'Kami
mendapati bapak-bapak Kami
menyembahnya." Ibrahim berkata:
'Sesungguhnya kamu dan bapak-
bapakmu berada dalam kesesatan
yang nyata.' Mereka menjawab:
'Apakah kamu datang kepada kami sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang yang bermain-main?' Ibrahim berkata:
'Sebenarnya tuhan kamu adalah
Tuhan langit dan bumi yang telahmenciptakan- Nya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu.'" (QS. al-Anbiya':52-56)
Selesailah urusan. Mulailah terjadi
pergelutan antara Nabi Ibrahim dan
kaumnya. Tentu yang termasuk orang
yang paling menentang beliau dan
marah kepada sikap beliau itu
adalah ayahnya dan bapa
saudaranya yang mendidiknya
laksana seorang ayah. Akhirnya, si
ayah dan si anak terlibat dalam
pergelutan yang sengit di mana
kedua-duanya dipisahkan oleh
prinsip-prinsip yang berbeza. Si
anak bertengger di puncak
kebenaran bersama Allah SWT
sedangkan si ayah berdiri bersama
kebatilan. Si ayah berkata kepada
anaknya: "Sungguh besar ujianku
kepadamu wahai Ibrahim. Engkau
telah berkhianat kepadaku dan
bersikap tidak terpuji kepadaku."
Ibrahim menjawab:
"Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak meliha dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, nescaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai
bapakku, janganlah kamu
menyembah syaitan sesungguhnya syaitan itu derhaka kepada Tuhan
Yang Maha Pemurah. Wahai
bapakku, sesungguhnya aku
khawatir bahawa kamu akan
ditimpa azab dan Tuhan Yang MahavPemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan.'" (QS. Maryam:42-45)
Sang ayah segera bangkit dan ia tak kuasa lagi untuk meledakkan amarahnya kepada Ibrahim:
"Bencikah kamu kepada tuhan-
tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka nescaya kamu akan aku rejam, dan tinggalanlah aku buat waktu yang lama." (QS. Maryam: 46)
Jika engkau tidak berhenti dari
dakwahmu ini, sungguh aku akan
merejammu. Aku akan membunuhmu
dengan pukulan batu. Demikian
balasan siapa pun yang menentang
tuhan. Keluarlah dari rumahku! Aku
tidak ingin lagi melihatmu. Keluar!
Akhirnya, pertentangan itu
membawa akibat pengusiran Nabi
Ibrahim dari rumahnya, dan beliau
pun terancam pembunuhan dan
perejaman. Meskipun demikian,
sikap Nabi Ibrahim tidak pernah
berubah. Beliau tetap menjadi anak
yang baik dan Nabi yang mulia.
Beliau berdialog dengan ayahnya
dengan menggunakan adab para
nabi dan etika para nabi. Ketika
mendengar penghinaan, pengusiran,
dan ancaman pembunuhan dari
ayahnya, beliau berkata dengan
lembut:
"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku,sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa
kepada Tuhanku.'" (QS.wMaryam:
47-48)
Nabi Ibrahim pun keluar dari rumah
ayahnya. Beliau meninggalkan
kaumnya dan menyembah selain
Allah SWT. Beliau menetapkan suatu
urusan dalam dirinya, beliau
mengetahui bahawa di sana ada
pesta besar yang diadakan di tepi
sungai di mana manusia-manusia
berduyu-duyun menuju ke sana.
Beliau menunggu sampai perayaan
itu datang di mana saat itu kota
menjadi sunyi kerana ditinggalkan
oleh manusia yang hidup di
dalamnya dan mereka menuju ke
tempat itu. Jalan-jalan yang menuju
tempat penyembahan menjadi sepi
dan tempat penyembahan itu pun
ditinggalkan oleh penjaganya.
Semua orang mengikuti pesta itu.
Dengan penuh hati-hati, Ibrahim
memasuki tempat penyembahan
dengan membawa kapak yang tajam.
Ibrahim melihat patung-patung
tuhan yang terukir dari batu-batu
dan kayu-kayu. Ibrahim pun melihat
makanan yang diletakkan oleh
manusia di depannya sebagai
hadiah dan nazar. Ibrahim mendekat pada patung-patung itu. Kepada salah satu patung - dengan nada bercanda - ia berkata: "Makanan yang ada di depanmu hai patung
telah dingin. Mengapa engkau tidak memakannya. Namun patung itu tetap membisu." Ibrahim pun bertanya kepada patung-patung lain
di sekitarnya:
"Kemudian ia pergi dengan diam- diam kepada berhala-berhala wmereka; lalu ia berkata" Mengapa
kalian tidak makan?" (QS. ash-
Shaffat: 91)
Ibrahim mengejek patung-patung
itu. Ibrahim mengetahui bahawa
patung itu memang tidak dapat
memakannya. Ibrahim bertanya
kepada patung-patung itu:
"Mengapa kamu tidak menjawab?" (QS. ash-Shaffat: 92)
Ibrahim pun langsung mengangkat
kapak yang ada di tangannya dan
mulai menghancurkan tuhan-tuhan
yang palsu yang disembah oleh
manusia. Ibrahim menghancurkan
seluruh patung-patung itu dan
hanya menyisakan satu patung, lalu
beliau menggantungkan kapak itu
dilehernya. Setelah melaksanakan
tugas itu, beliau pergi menuju ke
gunung. Beliau telah bersumpah
untuk membawa suatu bukti yang
jelas, bahkan bukti praktis tentang
kebodohan kaumnya dalam
menyembah selain Allah SWT.
Akhirnya, pesta perayaan itu selesai
dan manusia kembali ke tempat
mereka masing-masing. Dan ketika
salah seorang masuk ke tempat
sembahan itu ia pun berteriak.
Manusia-manusia datang
menolongnya dan ingin mengetahui
apa sebab di balik teriakan itu. Dan
mereka mengetahui bahawa tuhan-
tuhan semuanya telah hancur yang
tersisa hanya satu. Mereka mulai
berfikir siapa penyebab semua ini.
Akhirnya mereka pun mengetahui
dan menyedari bahawa ini adalah
Nabi Ibrahim yang telah mengajak
mereka untuk menyembah Allah
SWT:
"Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala
ini yang bernama Ibrahim"." (QS.al-Anbiya': 60)
Mereka segera mendatangi Ibrahim.
Ketika Ibrahim datang mereka
bertanya kepadanya:
"Mereka bertanya: "Apakah benar engkau yang melakukan semua ini terhadap tuhan kami wahai wwIbrahim?" (QS. al-Anbiya': 62)
Ibrahim membalas dengan
senyuman lalu ia menunjuk kepada
tuhan yang paling besar yang
tergantung di lehernya sebuah
kapak. "Tidak!"
"Ibrahim menjawab: "Sebenarnya
patung yang besar itulah yang
melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara". " (QS. al-Anbiya':63)
Para dukun berkata: "Siapa yang
harus kita tanya?" Ibrahim
menjawab: "Tanyalah kepada tuhan
kalian." Kemudian mereka berkata:
"Bukankah engkau mengetahui
bahawa tuhan-tuhan itu tidak
berbicara." Ibrahim membalas:
"Mengapa kalian menyembah
sesuatu yang tidak mampu
berbicara, sesuatu yang tidak
mampu memberikan manfaat dan
sesuatu yang tidak mampu
memberikan mudarat. Tidakkah
kalian mahu berfikir sebentar di
mana letak akal kalian. Sungguh
tuhan-tuhan kalian telah hancur
sementara tuhan yang paling besar
berdiri dan hanya memandanginya.
Tuhan-tuhan itu tidak mampu
menghindarkan gangguan dari diri
mereka, dan bagaimana mereka
dapat mendatangkan kebaikan buat
kalian. Tidakkah kalian mahu berfikir
sejenak. Kapak itu tergantung di
tuhan yang paling besar tetapi
anehnya dia tidak dapat
menceritakan apa yang terjadi. Ia
tidak mampu berbicara, tidak
mendengar, tidak bergerak, tidak
melihat, tidak memberikan manfaat,
dan tidak membahayakan. Ia hanya
sekadar batu, lalu mengapa manusia
menyembah batu? Di mana letak
akal fikiran yang sehat?" Allah SWT
menceritakan peristiwa tersebut
dalam firman-Nya:
"Dan sesungguhnya telah kami
anugerahkan kepada Ibrahim
hidayah kebenaran sebelum (Musa
dan Harun), dan adalah Kami
mengetahui keadaannya. (Ingatlah),
ketika Ibrahim berkata kepada
bapaknya dan kaumnya: 'Patung-
patung itu apakah ini yang kamu
tekun beribadat kepadanya ?'
Mereka menjawab: "Kami
mendapati bapak-bapak kami
menyembahnya.' Ibrahim
menjawab: 'Sesungguhnya kamu
dan bapak- bapakmu berada dalam
kesesatan yang nyata.' Mereka
menjawab: 'Apakah kamu datang
kepada kami dengan sungguh-
sungguh ataukah kamu termasuk
orang-orang yang bermain-main?'
Ibrahim berkata: 'Sebenarnya
Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan
bumi yang telah menciptakannya;
dan aku termasuk orang-orang
yang dapat memberikan bukti atas
apa yang demikian itu. Demi Allah,
sesungguhnya aku akan melakukan
tipu daya terhadap berhala-
berhalamu sesudah kamu pergi
meninggalkannya.' Maka Ibrahim
membuat berhala-berhala itu
hancur berpotong-potong, kecuali
yang terbesar (induk) dari patung-
patung yang lain; agar mereka
kembali (untuk bertanya)
kepadanya. Mereka berkata:
'Siapakah yang melakukan
perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan
kami, sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang zalim.' Mereka
berkata: 'Kami mendengar ada
seorang pemuda yang mencela
berhala-berhala ini yang bernama
Ibrahim.' Mereka berkata: '(Kalau
demikian) Bawalah dia dengan cara
yang dapat dilihat orang banyak,
agar mereka menyaksikannya.'
Mereka bertanya: 'Apakah kamu,
yang melakukan perbuatan ini
terhadap tuhan-tuhan kami, hai
Ibrahim?' Ibrahim menjawab:
'Sebenarnya patung yang besar
itulah yang melakukannya, maka
tanyakanlah kepada berhala itu,
jika mereka dapat berbicara.' Maka
mereka telah kembali kepada
kesedaran mereka dan lalu berkata:
'Sesungguhnya kamu sekalian
adalah orang- orang yang
menganiaya (diri sendiri).'
Kemudian kepala mereka jadi
tertunduk (lalu berkata):
Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim)
telah mengetahui bahawa berhala-
berhala itu tidak dapat berbicara.'
Ibrahim berkata:, maka
mengapakah kamu menyembah
selain Allah sesuatu yang tidak
dapat memberi manfaat sedikit pun
tidak dapat pula memberi mudarat
kepada kamu?' Ah (celakalah)
kamu dan apa yang kamu sembah
selain Allah. Maka apakah kamu
tidak memahaminya? Mereka
berkata: 'Bakarlah dia dan bantulah
tuhan- tuhan kami jika kamu
benar-benar hendak
bertindak.'" (QS. al- Anbiya': 51-68)
Nabi Ibrahim mampu menundukkan
mereka dengan argumentasi dan
logik berfikir yang sehat. Tetapi
mereka membalasnya dengan
menetapkan akan menggantungnya
di dalam api. Sungguh ini sangat
menghairankan. Suatu mahkamah
yang mengerikan digelar di mana si
tertuduh akan dihukum dengan
pembakaran.
Demikianlah masalah pergelutan
antara pemikiran, atau antara nilai-
nilai, atau antara prinsip-prinsip
selalu terjadi dan selalu membara di
tengah-tengah masyarakat. Nabi
Ibrahim sudah berusaha untuk
menggugah hati dan fikiran Ketika
beliau mengisyaratkan kepada tuhan
yang paling besar dan menuduhnya
bahawa ialah yang menghancurkan
tuhan-tuhan yang lain. Nabi Ibrahim
meminta kepada mereka untuk
bertanya kepada para tuhan itu,
tentang siapa yang membuatnya
hancur. Tetapi para tuhan itu tidak
mampu berbicara lalu mengapa
manusia menyembah sesuatu yang
tidak mampu berbicara dan tidak
mengerti apa-apa.
Ketika Nabi Ibrahim berhasil
merobohkan argumentasi mereka,
maka orang-orang yang sombong
bangkit untuk menenangkan
suasana. Para penentang itu tidak
mahu manusia akan menyembah
selain berhala. Mereka pun
mengatakan akan menggantung dan
akan membakar Ibrahim hidup-
hidup. Nabi Ibrahim pun ditangkap
lalu disiapkanlah tempat
pembakaran. Para penentang itu
berkata kepada pengikutnya:
"Bakarlah Ibrahim, dan tolonglah
tuhan kalian jika kalian benar-benar
menyembahnya." Mereka pun
terpengaruh dengan ucapan
tersebut. Mereka pun menyiapkan
alat-alat untuk membakar Nabi
Ibrahim.
Tersebarlah berita itu di kerajaan
dan di seluruh negeri. Manusia-
manusia berdatangan dari berbagai
pelosok, dari gunung-gunung, dari
berbagai desa, dan dari berbagai
kota untuk menyaksikan balasan
yang diterima bagi orang yang
berani menentang tuhan, bahkan
menghancurkannya. Mereka
menggali lubang besar yang
dipenuhi kayu-kayu, batu-batu, dan
pohon-pohon lalu mereka
menyalakan api di dalamnya.
Kemudian mereka mendatangkan
manjaniq, yaitu suatu alat yang
dapat digunakan untuk melempar
Nabi Ibrahim ke dalam api sehingga
ia jatuh ke dalam lubang api.
Mereka meletakkan Nabi Ibrahim
setelah mereka mengikat kedua
tangannya dan kakinya pada
manjaniq itu. Api pun mulai
menyala dan asapnya mulai
membumbung ke langit. Manusia
yang melihat peristiwa itu berdiri
agak jauh dari galian api itu kerana
saking panasnya. Lalu, seorang tokoh
dukun memerintahkan agar Ibrahim
dilepaskan ke dalam api. Tiba-tiba
malaikat Jibril berdiri di hadapan
Nabi Ibrahim dan bertanya
kepadanya: "Wahai Ibrahim, tidakkah
engkau memiliki keperluan?" Nabi
Ibrahim menjawab: "Aku tidak
memerlukan sesuatu darimu." Nabi
Ibrahim pun dilepaskan lalu
dimasukkan ke dalam kubangan api.
Nabi Ibrahim terjatuh dalam api.
Api pun mulai mengelilinginya, lalu
Allah SWT menurunkan perintah
kepada api, Allah SWT berkata:
"Kami berfirman: Wahai api jadilah engkau dingin dan membawa keselamatan kepada
Ibrahim." (QS. al-Anbiya': 69)
Api pun tunduk kepada perintah
Allah SWT sehingga ia menjadi
dingin dan membawa keselamatan
bagi Nabi Ibrahim. Api hanya
membakar tali- tali yang mengikat
Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim dengan
tenang berada di tengah-tengah api
seakan-akan beliau duduk di tengah-
tengah taman. Beliau memuji Allah
SWT, Tuhannya dan mengagungkan-
Nya. Yang ada di dalam hatinya
hanya cinta kepada sang Kekasih,
yaitu Allah SWT.
Hati Nabi Ibrahim tidak dipenuhi
rasa takut atau menyesal atau
berkeluh kesah. Yang ada dalam hati
beliau hanya cinta semata. Api pun
menjadi damai dan menjadi dingin.
Sesungguhnya orang-orang yang
cinta kepada Allah SWT tidak akan
merasakan ketakutan. Para pembesar
dan para dukun mengamat-amati
dari jauh betapa panasnya api itu.
Bahkan api terus menyala dalam
tempo yang lama, sehingga orang-
orang kafir mengira bahawa api itu
tidak pernah padam. Ketika api itu
padam, mereka dibuat terkejut
ketika melihat Nabi Ibrahim keluar
dari kubangan api dalam keadaan
selamat. Wajah mereka menjadi
hitam kerana terpengaruh asap api
sementara wajah Nabi Ibrahim
berseri-seri dan tampak diliputi
dengan cahaya dan kebesaran.
Bahkan pakaian yang dipakai Nabi
Ibrahim pun tidak terbakar, dan
beliau tidak tersentuh sedikit pun
oleh api. Nabi Ibrahim pun keluar
dari api itu bagaikan beliau keluar
dari taman. Lalu orang-orang kafir
pun berteriak kehairanan. Mereka
pun mendapatkan kekalahan dan
kerugian. Allah SWT berfirman:
"Mereka hendak berbuat makar
terhadap Ibrahim, maka Kami
menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi." (QS. al-Anbiya':70)
Al-Quran tidak menceritakan kepada
kita tentang usia Nabi Ibrahim saat
menghancurkan berhala-berhala
kaumnya. Al-Quran juga tidak
menceritakan berapa usia beliau
saat memikul tanggung jawab
dakwah dan menyeru di jalan Allah
SWT. Melalui pelacakan nas-nas
dapat diketahui bahawa Nabi
Ibrahim saat itu masih muda belia,
ketika melakukan peristiwa besar itu.
Bukti hal itu adalah, ketika para
kaumnya mendengar penghancuran
berhala, mereka berkata:
"Mereka berkata: "Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela
berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." (QS. al-Anbiya': 60)
Injil Barnabas menceritakan bahawa
Nabi Ibrahim menghancurkan
patung-patung sebelum Allah SWT
mewajibkannya berdakwah. Injil
Barnabas mengatakan pada pasal ke
29 bahawa Nabi Ibrahim mendengar
suatu suara yang memanggil-
manggilnya. Nabi Ibrahim bertanya:
"Siapa yang memanggilku?" Ketika
itu Nabi Ibrahim mendengar suara
yang berkata: "Aku adalah malaikat
Jibril. Nabi Ibrahim menjadi takut,
tetapi malaikat itu segera
menenangkannya sambil berkata:
"Jangan takut, hai Ibrahim kerana
engkau adalah kekasih Allah SWT,
dan ketika engkau menghancurkan
tuhan-tuhan sembahan manusia,
Allah SWT memilihmu sebagai
pemimpin para malaikat dan para
nabi." Kemudian - masih kata Injil
Barnabas: "Nabi Ibrahim bertanya
apa yang harus dilakukan untuk
menyembah tuhan para malaikat
dan para nabi?" Jibril menjawab:
"bahawa hendaklah beliau pergi ke
sumber ini dan mandi, agar dapat
mendaki gunung sehingga Allah
SWT berbicara dengannya."
Kemudian Nabi Ibrahim mendaki
gunung, lalu Allah SWT menyerunya.
Nabi Ibrahim menjawab: "Siapa yang
memanggilku?" Allah SWT berkata:
"Aku adalah Tuhanmu, hai Ibrahim."
Nabi Ibrahim gementar ketakutan
dan sujud di atas bumi dan beliau
berkata: "Wahai Tuhanku, bagaimana
hamba-Mu mendengar seruan-Mu
sementara ia adalah tanah dan
abu." Di sanalah Allah SWT
memerintahkannya agar beliau
bangkit kerana Allah SWT telah
memilihnya sebagai hamba-Nya dan
Dia telah memberkatinya dan orang-
orang yang mengikutinya.
Riwayat tersebut menentukan waktu
pemilihan Nabi Ibrahim dan waktu
pengangkatannya sewaktu beliau
menghancurkan berhala dan
penyembahan manusia. Demikianlah
yang diceritakan oleh Al-Quran al-
Karim dalam firman-Nya:
"Ketika Tuhannya berfirman
kepadanya: Tunduk patuhlah!'
Ibrahim menjawab: 'Aku tunduk
patuh kepada Tuhan semesta
alam." (QS. al- Baqarah: 131)
Alhasil, masa pemilihan Allah SWT
terhadap Nabi Ibrahim tidak
ditentukan dalam Al-Quran, sehingga
kita tidak dapat memberikan satu
jawapan pasti tentang hal itu, tapi
yang mampu kita utarakan adalah,
bahawa Nabi Ibrahim mampu
membuat argumen yang cukup jelas
untuk menghancurkan argumen para
penyembah berhala. Sebagaimana
beliau mampu sebelumnya
menghancurkan argumen para
penyembah bintang, sehingga hanya
tersisa satu argumen yang harus
disampaikan kepada para penguasa
dan para raja. Dengan demikian,
orang-orang kafir telah mendapatkan
seluruh argumen kebenaran.
Nabi Ibrahim pun akhirnya terlibat
adu argumentasi dengan raja yang
menyangka bahawa dirinya adalah
tuhan kaumnya. Raja itu menyuruh
mereka untuk menyembahnya.
Dalam rangka menjaga
kepentingannya, boleh jadi memang
ia menyangka bahawa dirinya tuhan.
kerana Allah SWT telah
memberikannya suatu kerajaan yang
besar, ia lupa bahawa ia hanya
manusia biasa. Kita tidak
mengetahui, apakah ia seorang raja
atas kaum Nabi Ibrahim lalu ia
mendengar kisah mukjizatnya
kemudian ia memanggilnya untuk
berdebat dengan beliau, atau
mungkin ia raja dari daerah lain.
Tapi yang kita ketahui bahawa
pertemuan di antara keduanya
menyebabkan jatuhnya argumen-
argumen orang kafir. Allah SWT
menceritakan hal tersebut dengan
firman-Nya:
"Apakah kamu tidak
memperhatikan orang yang
mendebat Ibrahim tentang
Tuhannya (Allah) kerana Allah telah
memberikan kepada orang itu
pemerintahan (kekuasaan). Ketika
Ibrahim mengatakan: 'Tuhanku
ialah Yang menghidupkan dan
mematikan.' Orang itu berkata:
'Saya dapat menghidupkan dan
mematikan.' Ibrahim berkata:
'Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,' lalu hairan terdiamlah orang kafir itu;dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang lalim.
" (QS. al-Baqarah: 258)
Allah SWT sengaja tidak menyebut
nama raja itu kerana dianggap tidak
penting, sebagaimana Al-Quran juga
tidak menyebut dialog panjang yang
terjadi antara Nabi Ibrahim dan dia.
Barangkali raja itu berkata kepada
Nabi Ibrahim: "Aku mendengar
bahawa Anda mengajak manusia
untuk menyembah Tuhan yang baru
dan meninggalkan tuhan yang
lama." Nabi Ibrahim menjawab:
"Tiada Tuhan lain selain Allah Yang
Maha Esa." Si Raja berkata: "Apa
yang dilakukan oleh tuhanmu yang
tidak dapat aku lakukan?" Raja yang
terkena penyakit sombong dan
bangga diri itu adalah raja yang
tidak tahu diri. Penghormatan
manusia dan ketertundukkan
manusia kepadanya itu justru
meningkatkan kesombongannya.
Nabi Ibrahim mendengar apa yang
dikatakan oleh si raja. Nabi Ibrahim
mengetahui segala sesuatunya. Nabi
Ibrahim berkata dengan lembut:
"Tuhanku adalah yang mampu
menghidupkan dan
mematikan." (QS. al-Baqarah: 258)
Si raja membalas:
"Aku pun menghidupkan dan
mematikan." (QS. al-Baqarah: 258)
Nabi Ibrahim tidak bertanya
bagaimana si raja menghidupkan
dan mematikan. Nabi Ibrahim tahu
bahawa sebenarnya ia berbohong.
Raja berkata: "Aku mampu
menghadirkan seseorang yang
sedang berjalan lalu aku
membunuhnya, dan pada
kesempatan yang lain aku mampu
memaafkan orang yang sudah
dipastikan untuk dihukum gantung
lalu aku menyelamatkannya dari
kematian. Dengan demikian, aku
mampu memberi kehidupan dan
kematian."
Mendengar kebodohannya itu, Nabi
Ibrahim tertawa dan pada saat yang
sama beliau merasakan kesedihan.
Tetapi Nabi Ibrahim ingin
mematahkan argumen raja itu yang
mengatakan bahawa ia mampu
menghidupkan dan mematikan,
padahal sebenarnya ia tidak mampu.
Nabi Ibrahim berkata:
"Sesungguhnya Allah mampu
mendatangkan matahari dari timur,maka kalau engkau mampu datangkanlah ia dari barat. " (QS.al- Baqarah: 258)
Mendengar tentangan Nabi Ibrahim
itu, raja menjadi terpaku dan
terdiam ia merasa tidak mampu. la
tidak mampu berkata-kata lagi. Nabi
Ibrahim berkata kepada raja bahawa
Allah SWT mampu mendatangkan
matahari dari timur, apakah ia
mampu mendatangkan matahari dari
barat. Tentu raja tidak mampu
mendatangkannya. Alam mempunyai
aturan dan undang-undang yang
diatur dan diciptakan oleh Allah
SWT di mana tiada makhluk yang
lain yang mampu mengubahnya. Jika
raja mengaku bahawa ia benar-benar
tuhan, maka tentu ia dapat
mengubah hukum alam tersebut.
Saat itu si raja merasa tidak mampu
memenuhi tentangan itu. Ia justru
membisu. Ia tidak mengetahui apa
yang harus dikatakannya dan apa
yang harus dilakukannya. Setelah
orang-orang kafir diam membisu,
Nabi Ibrahim meninggalkan istana
raja. Kemudian kebenaran Nabi
Ibrahim tersebar di segala penjuru
negeri. Manusia mulai ramai-ramai
membicarakan mukjizatnya dan
keselamatannya dari api. Manusia
menyinggung bagaimana sikap raja
ketika mendengar tentangan Nabi
Ibrahim, dan bagaimana si raja
menjadi membisu dan tidak
mengetahui apa yang harus
dikatakannya.
Nabi Ibrahim tetap melanjutkan
dakwahnya di jalan Allah SWT. Nabi
Ibrahim mencurahkan tenaga dan
upayanya untuk membimbing
kaumnya. Nabi Ibrahim berusaha
menyedarkan mereka dengan
berbagai cara. Meskipun beliau
sangat cinta dan menyayangi
mereka, mereka malah justru marah
kepadanya dan malah mengusirnya.
Dan tiada yang beriman bersamanya
kecuali seorang perempuan dan
seorang lelaki. Perempuan itu
bernama Sarah yang kemudian
menjadi isterinya sedangkan laki-laki
itu adalah Luth yang kemudian
menjadi nabi setelahnya.
Ketika Nabi Ibrahim mengetahui
bahawa tidak seorang pun beriman
selain kedua orang tersebut, ia
menetapkan untuk berhijrah.
Sebelum beliau berhijrah, ia
mengajak ayahnya beriman.
Kemudian Nabi Ibrahim mengetahui
bahawa ayahnya adalah musuh Allah
SWT dan dia tidak akan beriman.
Nabi Ibrahim pun berlepas diri
darinya dan memutuskan hubungan
dengannya.
Untuk kedua kalinya dalam kisah
para nabi kita mendapati hal yang
mengagetkan. Dalam kisah Nabi Nuh
kita menemukan bahawa si ayah
seorang nabi dan si anak seorang
kafir, sedangkan dalam kisah Nabi
Ibrahim justru sebaliknya: si ayah
yang menjadi kafir dan si anak yang
menjadi nabi. Dalam kedua kisah
tersebut kita mengetahui bahawa
seorang mukmin berlepas diri dari
musuh Allah SWT, meskipun dia
adalah anaknya dan ayahnya.
Melalui kisah tersebut, Allah SWT
memberitahukan kepada kita bahawa
hubungan satu-satunya yang harus
dipelihara dan harus diperhatikan di
antara hubungan-hubungan
kemanusiaan adalah hubungan
keimanan, bukan hanya hubungan
darah. Allah SWT berflrman dalam
surah at- Taubah:
"Dan permintaan ampun dari
Ibrahim (kepada Allah) untuk
bapaknya, tidak lain hanyalah
kerana suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu.
Maka tatkala jelas bagi Ibrahim
bahawa bapaknya itu adalah musuh
Allah, maka Ibrahim berlepas diri
darinya. Sesungguhnya Ibrahim
adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi penyantun. " (QS. at-
Taubah: 114)
Nabi Ibrahim keluar meninggalkan
negerinya dan memulai
petualangannya dalam hijrah. Nabi
Ibrahim pergi ke kota yang bernama
Aur dan ke kota yang lain bernama
Haran, kemudian beliau pergi ke
Palestina bersama isterinya, satu-
satunya wanita yang beriman
kepadanya. Beliau juga disertai Luth,
satu-satunya lelaki yang beriman
kepadanya. Allah SWT berfirman:
"Maka Luth membenarkan
(kenabian)nya. Dan berkatalah
Ibrahim: 'Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku
(kepadaku); sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'" (QS. al-Ankabut: 26)
Setelah ke Palestin, Nabi Ibrahim
pergi ke Mesir. Selama perjalanan
ini Nabi Ibrahim mengajak manusia
untuk menyembah Allah SWT,
bahkan beliau berjuang dalam hal
itu denqan gigih. Beliau mengabdi
dan membantu orang-orang yang
tidak mampu dan orang-orang yang
lemah. Beliau menegakkan keadilan
di tengah-tengah manusia dan
menunjukkan kepada mereka jalan
yang benar.
isteri Nabi Ibrahim, Sarah, tidak
melahirkan, lalu raja Mesir
memberikan seorang pembantu dari
Mesir yang dapat membantunya.
Nabi Ibrahim telah menjadi tua dan
rambutnya memutih di mana beliau
menggunakan usianya hanya untuk
berdakwah di jalan Allah SWT. Sarah
berfikir bahawa ia dan Nabi Ibrahim
tidak akan mempunyai anak, lalu ia
berfikir bagaimana seandainya
wanita yang membatunya itu dapat
menjadi isteri kedua dari suaminya.
Wanita Mesir itu bernama Hajar.
Akhirnya, Sarah menikah-kan Nabi
Ibrahim dengan Hajar, kemudian
Hajar melahirkan anaknya yang
pertama yang dinamakan oleh
ayahnya dengan nama Ismail. Nabi
Ibrahim saat itu menginjak usia
yang sangat tua ketika Hajar
melahirkan anak pertamanya, Ismail.
Nabi Ibrahim hidup di bumi Allah
SWT dengan selalu menyembah-Nya,
bertasbih, dan menyucikan-Nya. Kita
tidak mengetahui, berapa jauh jarak
yang ditempuh Nabi Ibrahim dalam
perjalanannya. Beliau adalah
seorang musafir di jalan Allah SWT.
Seorang musafir di jalan Allah SWT
menyedari bahawa hari-hari di muka
bumi sangat cepat berlalu,
kemudian di tiupkan sangkakala lalu
terjadilah hari kiamat dan kemudian
hari kebangkitan.
Pada suatu hari, had Nabi Ibrahim
dipenuhi rasa kedamaian, cinta, dan
keyakinan. Beliau ingin melihat
kebesaran Allah SWT, Sang Pencipta.
Beliau ingin melihat hari kiamat
sebelum terjadinya. Allah SWT
menceritakan sikapnya itu dalam
firman-Nya:
"Dan ingatlah ketika Ibrahim
berkata: 'Ya Tuhanku,
perlihatkanlah padaku bagaimana
engkau menghidupkan arang yang
mati. 'Allah berfirman: 'Belum
yakinkah kamu?' Ibrahim
menjawab: 'Aku telah meyakininya,
akan tetapi agar hatiku tetap
mantap (dengan imanku).'" (QS. al-
Baqarah: 260)
Hasrat Nabi Ibrahim terhadap hal
tersebut dipengaruhi oleh keimanan
yang luar biasa; keimanan yang
dipenuhi cinta kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"(Kalau demikian), ambillah empat
ekor burung lalu cincanglah
semuanya. Allah berfirman: 'Lalu
letakkanlah di atas bahagian-
bahagian itu, kemudian panggillah mereka, nescaya mereka datang kepadamu dengan segera," dan
ketahuilah bahawa Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS.al-Baqarah: 260)
Nabi Ibrahim melakukan apa saja
yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Beliau menyembelih empat ekor
burung lalu memisah-misahkan
bahagiannya di atas gunung,
kemudian ia memanggilnya dengan
nama Allah SWT. Tiba-tiba bulu-bulu
dan burung itu bangkit dan
bergabung dengan sayap-sayapnya,
kemudian dada dari burung itu
mencari kepalanya. Akhirnya,
bahagian-bahagian burung yang
terpisah kembali bergabung. Burung
itu pun kembali mendapatkan
kehidupan lalu burung itu terbang
dengan cepat dan kembali ke
pangkuan Nabi Ibrahim.
Para ahli tafsir meyakini bahawa
eksperimen ini berangkat dari
kehausan ilmu yang ada pada Nabi
Ibrahim, dan sebahagian lagi
mengatakan bahawa beliau ingin
melihat kebesaran Allah SWT saat
menciptakan makhluk-Nya. Beliau
memang sudah mengetahui hasilnya,
tapi beliau tidak melihat cara
pembuatan penciptaan makhluk.
Sebahagian mufasir lain mengatakan
bahawa beliau merasa puas atas apa
yang dikatakan oleh Allah SWT dan
beliau tidak jadi menyembelih
burung. Kami sendiri menilai
bahawa eksperimen ini menunjukkan
tingkat cinta yang tinggi yang
dicapai oleh seorang musafir di jalan
Allah SWT, yaitu Nabi Ibrahim.
Seorang pencinta akan selalu timbul
dalam dirinya hasrat, rasa tunduk,
dan rasa ingin menambah cintanya.
Demikianlah cinta Nabi Ibrahim.
Inilah petualangan Nabi Ibrahim di
mana setiap kali ia melalui
perjalanannya, maka kehausan
cintanya pun meningkat. Pada suatu
hari Nabi Ibrahim bangun lalu
beliau memerintahkan isterinya,
Hajar, untuk membawa anaknya
bersiap-siap untuk melalui
perjalanan panjang. Setelah
beberapa hari, di mulailah
perjalanan Nabi Ibrahim bersama
isterinya Hajar berserta anak
mereka, Ismail. Saat itu Ismail masih
menyusu pada ibunya.
Nabi Ibrahim berjalan di tengah-
tengah tanah yang penuh dengan
tanaman, melewati gurun dan
gunung-gunung. Kemudian beliau
memasuki tanah Arab. Nabi Ibrahim
menuju ke suatu lembah yang di
dalamnya tidak ada tanaman, tidak
ada buah-buahan, tidak ada
pepohonan, tidak ada makanan dan
tidak ada air. Lembah itu kosong
dari tanda-tanda kehidupan. Nabi
Ibrahim sampai ke lembah, lalu
beliau turun dari atas punggung
haiwan tunggangannya. Lalu beliau
menurunkan isterinya dan anaknya
dan meninggalkan mereka di sana.
Mereka hanya dibekali dengan
makanan dan sedikit air yang tidak
cukup untuk kebutuhan dua hari.
Ketika beliau mulai meninggalkan
mereka dan berjalan, tiba-tiba
isterinya segera menyusulnya dan
berkata kepadanya: "Wahai Ibrahim,
ke mana engkau pergi? Mengapa
engkau meninggalkan kami di
lembah ini, padahal di dalamnya
tidak terdapat sesuatu pun." Nabi
Ibrahim tidak segera menjawab dan
ia tetap berjalan. isterinya pun
kembali mengatakan perkataan yang
dikatakan sebelumnya. Namun Nabi
Ibrahim tetap diam. Akhirnya, si
isteri memahami bahawa Nabi
Ibrahim tidak bersikap demikian
kecuali mendapat perintah dari
Allah SWT. Kemudian si isteri
bertanya: "Apakah Allah SWT
memerintahkannya yang demikian
ini?" Nabi Ibrahim menjawab:
"Benar." isteri yang beriman itu
berkata: "Kalau begitu, kita tidak
akan disia-siakan." Nabi Ibrahim
menuju ke tempat di suatu gunung
lalu beliau mengangkat kedua
tangannya untuk berdoa kepada Tuhan kami, sesungguhnya aku
telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. " (QS. Ibrahim: 37)
Saat itu Baitullah belum dibangun.
Terdapat hikmah yang tinggi dalam
perjalanan yang penuh dengan
misteri ini. Ismail ditinggalkan
bersama ibunya di tempat ini.
Ismail-lah yang akan
bertanggungjawab bersama ayahnya
dalam pembangunan Ka'bah. Hikmah
Allah SWT menuntut untuk
didirikannya suatu bangunan di
lembah itu dan dibangun di
dalamnya Baitullah, di mana kita
akan menuju ke sana dan
menghadap kepadanya saat kita
solat.
NabiIbrahim meninggalkan isterinya
dan anaknya yang masih menyusu di
padang sahara. Ibu Ismail menyusui
anaknya dan mulai merasakan
kehausan. Saat itu matahari bersinar
sangat panas dan membuat manusia
mudah merasa haus. Setelah dua
hari, habislah air dan keringlah susu
si ibu. Hajar dan Ismail merasakan
kehausan, dan makanan telah tiada
sehingga saat itu mereka merasakan
kesulitan yang luar biasa. Ismail
mulai menangis kehausan dan
ibunya meninggalkannya untuk
mencarikan air. Si ibu berjalan
dengan cepat hingga sampai di
suatu gunung yang bernama Shafa.
Ia menaikinya dan meletakkan kedua
tangannya di atas keningnya untuk
melindungi kedua matanya dari
sengatan matahari. Ia mulai
mencari-cari sumber air atau sumur
atau seseorang yang dapat
membantunya atau kafilah atau
musafir yang dapat menolongnya
atau berita namun semua
harapannya itu gagal. Ia segera
turun dari Shafa dan ia mulai berlari
dan melalui suatu lembah dan
sampai ke suatu gunung yang
bernama Marwah. Ia pun
mendakinya dan melihat apakah ada
seseorang tetapi ia tidak melihat ada
seseorang.
Si ibu kembali ke anaknya dan ia
masih mendapatinya dalam keadaan
menangis dan rasa hausnya pun
makin bertambah. Ia segera menuju
ke Shafa dan berdiri di atasnya,
kemudian ia menuju ke Marwah dan
melihat-lihat. Ia mondar-mandir,
pulang dan pergi antara dua gunung
yang kecil itu sebanyak tujuh kali.
Oleh kerananya, orang-orang yang
berhaji berlari-lari kecil antara Shafa
dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ini
adalah sebagai peringatan terhadap
ibu mereka yang pertama dan nabi
mereka yang agung, yaitu Ismail.
Setelah putaran ketujuh, Hajar
kembali dalam keadaan letih dan ia
duduk di sisi anaknya yang masih
menangis. Di tengah-tengah situasi
yang sulit ini, Allah SWT
menurunkan rahmat-Nya. Ismail pun
memukul- mukulkan kakinya di atas
tanah dalam keadaan menangis, lalu
memancarlah di bawah kakinya
sumur zamzam sehingga kehidupan
si anak dan si ibu menjadi
terselamatkan. Si ibu mengambil air
dengan tangannya dan ia bersyukur
kepada Allah SWT. Ia pun meminum
air itu berserta anaknya, dan
kehidupan tumbuh dan bersemi di
kawasan itu. Sungguh benar apa
yang dikatakannya bahawa Allah SWT
tidak akan membiarkannya selama
mereka berada di jalan-Nya.
Kafilah musafir mulai tinggal di
kawasan itu dan mereka mulai
mengambil air yang terpancar dari
sumur zamzam. Tanda-tanda
kehidupan mulai mengepakkan
sayapnya di daerah itu. Ismail mulai
tumbuh dan Nabi Ibrahim menaruh
kasih sayang dan perhatian padanya,
lalu Allah SWT mengujinya dengan
ujian yang berat. Allah SWT
menceritakan ujian tersebut dalam
firman-Nya:
"Dan Ibrahim berkata:
Sesungguhnya aku pergi
menghadap kepada Tuhanku, dan
Dia akan memberi petunjuk
kepadaku. Ya Tuhanku,
anugerahkan kepadaku (seorang
anak) yang termasuk orang-orang
yang soleh. Maka Kami beri dia
khabar gembira dengan seorang
anak yang amat sabar. Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim. Ibrahim berkata: 'Hai
anakku, sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahawa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!' Ia menjawab:
'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu. Insya-
Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar.'
Tatkala keduanya telah berserah
din dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipisnya, (nyatalah
kesabaran keduanya). Dan Kami
panggillah dia: 'Hai Ibrahim,
sesungguhnya engkau telah
membenarkan mimpi itu,
sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu
ujian yang nyata. Dan Kami tebus
anak itu dengan seekor sembelihan
yang besar. Kami abadikan untuk
Ibrahim itu (pujian yang baik) di
kalangan orang-orang yang datang
kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim".
Demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat
baik. Sesungguhnya ia termasuk
hamba-hamba Kami yang beriman.
" (QS. ash-Shaffat: 99-111)
Perhatikanlah, bagaimana Allah SWT
menguji hamba-hamba-Nya.
Renungkanlah bentuk ujian
tersebut. Kita sekarang berada di
hadapan seorang nabi yang hatinya
merupakan hati yang paling lembut
dan paling penyayang di muka
bumi. Hatinya penuh dengan cinta
kepada Allah SWT dan cinta kepada
makhluk-Nya. Nabi Ibrahim
mendapatkan anak saat beliau
menginjak usia senja, padahal
sebelumnya beliau tidak
membayangkan akan memperoleh
kurnia seorang anak.
Nabi Ibrahim tidur, dan dalam
tidurnya beliau melihat dirinya
sedang menyembelih anaknya, anak
satu-satunya yang dicintainya.
Timbullah pergolakan besar dalam
dirinya. Sungguh salah kalau ada
orang mengira bahawa tidak ada
pergolakan dalam dirinya. Nabi
Ibrahim benar-benar diuji dengan
ujian yang berat. Ujian yang
langsung berhubungan dengan
emosi kebapakan yang penuh
dengan cinta dan kasih sayang. Nabi
Ibrahim berfikir dan merenung.
Kemudian datanglah jawapan
bahawa Allah SWT melihatkan
kepadanya bahawa mimpi para nabi
adalah mimpi kebenaran. Dalam
mimpinya, Nabi Ibrahim melihat
bahawa ia menyembelih anak satu-
satunya. Ini adalah wahyu dari Allah
SWT dan perintah dari-Nya untuk
menyembelih anaknya yang
dicintainya.
Sebagai pencinta sejati, Nabi
Ibrahim tidak merasakan kegelisahan
dari hal tersebut. Ia tidak
"menggugat" perintah Allah SWT itu.
Nabi Ibrahim adalah penghulu para
pencinta. Nabi Ibrahim berfikir
tentang apa yang dikatakan kepada
anaknya ketika ia menidurkannya di
atas tanah untuk kemudian
menyembelihnya. Lebih baik baginya
untuk memberitahu anaknya dan hal
itu lebih menenangkan hatinya
daripada memaksanya untuk
menyembelih. Akhirnya, Nabi
Ibrahim pergi untuk menemui
anaknya.
"Ibrahim berkata: 'Wahai anakku
sesungguhnya aku melihat di dalam
mimpi, aku menyembelihmu, maka
bagaimana pendapatmu. " (QS. ash-
Shaffat: 102)
Perhatikanlah bagaimana kasih
sayang Nabi Ibrahim dalam
menyampaikan perintah kepada
anaknya. la menyerahkan urusan itu
kepada anaknya; apakah anaknya
akan menaati perintah tersebut.
Bukankah perintah tersebut adalah
perintah dari Tuhannya? Ismail
menjawab sama dengan jawapan
dari ayahnya itu bahawa perintah
itu datangnya dari Allah SWT yang
kerananya si ayah harus segera
melaksanakannya:
"Wahai ayahku kerjakanlah yang
diperintahkan Tuhanmu. Insya Allah
engkau mendapatiku sebagai orang-
orang yang sabar." (QS. ash-
Shaffat: 102)
Perhatikanlah jawapan si anak. Ia
mengetahui bahawa ia akan
disembelih sebagai pelaksanaan
perintah Tuhan, namun ia justru
menenangkan hati ayahnya bahawa
dirinya akan bersabar. Itulah puncak
dari kesabaran. Barangkali si anak
akan merasa berat ketika harus
dibunuh dengan cara disembelih
sebagai pelaksanaan perintah Allah
SWT. Tetapi Nabi Ibrahim merasa
tenang ketika mendapati anaknya
menentangnya untuk menunjukkan
kecintaan kepada Allah SWT.
Kita tidak mengetahui perasaan
sesungguhnya Nabi Ibrahim ketika
mendapati anaknya menunjukkan
kesabaran yang luar biasa. Allah
SWT menceritakan kepada kita
bahawa Ismail tertidur di atas tanah
dan wajahnya tertelungkup di atas
tanah sebagai bentuk hormat
kepada Nabi Ibrahim agar saat ia
menyembelihnya Ismail tidak
melihatnya, atau sebaliknya.
Kemudian Nabi Ibrahim mengangkat
pisaunya sebagai pelaksanaan
perintah Allah SWT:
"Tatkala keduanya telah berserah
din dan Ibrahim, membaringkan
anaknya atas pelipis(nya),
(nyatalah kesabaran keduanya)
." (QS. ash- Shaffat: 103)
Al-Quran menggunakan ungkapan
tersebut ketika keduanya
menyerahkan diri terhadap perintah
Allah SWT. Ini adalah wujud Islam
yang hakiki. Hendaklah engkau
memberikan sesuatu untuk Islam
sehingga tidak ada sesuatu pun
yang tersisa darimu. Pada saat pisau
siap untuk digunakan sebagai
perintah dari Allah SWT, Allah SWT
memanggil Ibrahim. Selesailah
ujiannya, dan Allah SWT
menggantikan Ismail dengan suatu
korban yang besar.
Peristiwa tersebut kemudian
diperingati sebagai hari raya oleh
kaum Muslim, yaitu hari raya yang
mengingatkan kepada mereka
tentang Islam yang hakiki yang
dibawa dan di amalkan oleh Nabi
Ibrahim dan Ismail. Demikianlah
kisah Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim
meninggalkan anaknya dan kembali
berdakwah di bumi Allah SWT. Nabi
Ibrahim berhijrah dari tanah
Kaldanin, tempat kelahirannya di
Iraq, dan melalui Yordania dan
tinggal di negeri Kan'an. Saat
berdakwah, beliau tidak lupa
bertanya tentang kisah Nabi Luth
bersama kaumnya. Nabi Luth adalah
orang yang pertama kali beriman
kepadanya. Allah SWT telah
memberinya pahala dan telah
mengutusnya sebagai Nabi kepada
kaum yang menentang kebenaran.
Nabi Ibrahim duduk di luar
khemahnya dan memikirkan tentang
anaknya Ismail, dan kisah mimpinya
serta tentang tebusan dari Allah
SWT berupa korban yang besar.
Hatinya penuh dengan gelora cinta.
Nabi Ibrahim tidak mampu
menghitung pujian yang harus
ditujukan kepada Tuhannya.
Matanya berlinangan air mata
sebagai bukti rasa terima kasih dan
syukur kepada Allah SWT. Mulailah
butiran-butiran air matanya
bercucuran. Nabi Ibrahim mengingat
Ismail dan mulai rindu kepadanya.
Dalam situasi seperti itu, turunlah
malaikat (Jibril, Israfil, dan Mikail) ke
bumi Jibril. Mereka berubah wujud
menjadi manusia yang indah dan
tampan. Mereka memegang misi dan
tugas khusus. Mereka berjalan di
depan Nabi Ibrahim dan
menyampaikan berita gembira
padanya, kemudian mereka akan
mengunjungi kaum Nabi Luth dan
memberikan hukum atas kejahatan
kaumnya. Melihat wajah-wajah yang
bersinar itu, Nabi Ibrahim
tercengang dan mengangkat
kepalanya. Nabi Ibrahim tidak
mengenal mereka. Mereka
mengawali ucapan salam. Dan Nabi
Ibrahim membalas salam mereka.
Nabi Ibrahim bangkit dari tempatnya
dan menyambut mereka. Nabi
Ibrahim mempersilakan mereka
masuk ke dalam rumahnya. Nabi
Ibrahim mengira bahawa mereka
adalah tamu- tamu asing. Nabi
Ibrahim mempersilakan mereka
duduk, dan kemudian ia meminta
izin kepada mereka untuk keluar dan
menemui keluarganya. Sarah,
isterinya, bangun ketika Nabi
Ibrahim masuk menemuinya. Saat
itu Sarah sudah mulai tua dan
rambutnya mulai memutih.
Nabi Ibrahim berkata kepada
isterinya: "Aku dikunjungi oleh tiga
orang asing." isterinya bertanya:
"Siapakah mereka?" Nabi Ibrahim
menjawab: "Aku tidak mengenal
mereka. Sungguh wajah mereka
sangat aneh. Tak ragu lagi, mereka
pasti datang dari tempat yang jauh,
tetapi pakaian mereka tidak
menunjukkan mereka berasal dari
daerah yang jauh. Oh ya, apakah
ada makanan yang dapat kita
berikan kepada mereka?" Sarah
berkata: "Separuh daging kambing."
Nabi Ibrahim berkata: "Hanya
separuh daging kambing. Kalau
begitu, sembelihlah satu kambing
yang gemuk. Mereka adalah tamu-
tamu yang istimewa. Mereka tidak
memiliki haiwan tunggangan atau
makanan. Barangkali mereka lapar,
atau barangkali mereka orang-orang
yang tidak mampu."
Nabi Ibrahim memilih satu kambing
besar dan memerintahkan untuk
disembelih serta menyebut nama
Allah SWT saat menyembelihnya.
Kemudian disiapkanlah makanan.
Setelah siap, Nabi Ibrahim
memanggil tamu-tamunya untuk
makan. isterinya membantu untuk
melayani mereka dengan penuh
kehormatan. Nabi Ibrahim
mengisyaratkan untuk menyebut
nama Allah SWT, kemudian Nabi
Ibrahim mulai mengawali untuk
memakan agar mereka juga mulai
makan.
Nabi Ibrahim adalah orang yang
sangat dermawan dan beliau
mengetahui bahawa Allah SWT pasti
membalas orang-orang yang
dermawan. Barangkali di rumahnya
tidak ada haiwan lain selain
kambing itu, tetapi kerana
kedermawanannya, beliau pun
menghidangkan kambing itu untuk
tamunya. Nabi Ibrahim
memperhatikan sikap tamu-tamunya,
namun tak seorang pun di antara
tamunya yang menghulurkan
tangan. Nabi Ibrahim mendekatkan
makanan itu kepada mereka sambil
berkata: "Mengapa kalian tidak
makan?" Nabi Ibrahim kembali ke
tempatnya sambil mencuri
pandangan, tapi lagi-lagi mereka
masih tidak memakannya. Saat itu
Nabi Ibrahim merasakan ketakutan.
Dalam tradisi kaum Badui diyakini
bahawa tamu yang tidak mahu
makan hidangan yang disajikan oleh
tuan rumah, maka ini bererti
bahawa ia hendak berniat jelek pada
tuan rumah. Nabi Ibrahim kembali
berfikir dengan penuh kehairanan
melihat sikap tamu-tamunya. Nabi
Ibrahim kembali berfikir, bagaimana
tamu-tamu itu secara mendadak
menemuinya di mana ia tidak
melihat mereka sebelumnya kecuali
setelah mereka ada di hadapannya.
Mereka tidak memiliki binatang
tunggangan yang menghantarkan
mereka. Mereka juga tidak membawa
bekal perjalanan. Wajah-wajah
mereka sangat aneh baginya. Mereka
adalah para musafir, tetapi anehnya
tidak ada bekas debu perjalanan.
Kemudian Nabi Ibrahim mengajak
mereka makan, lalu mereka duduk di
atas meja makan tetapi mereka tidak
makan sedikit pun. Bertambahlah
ketakutan Nabi Ibrahim.
Beliau mengangkat pandangannya,
lalu beliau mendapati isterinya
Sarah berdiri di hujung kamar.
Melalui pandangannya yang
membisu, Nabi Ibrahim hendak
mengatakan bahawa ia merasa takut
terhadap tamu- tamunya, namun
wanita itu tidak memahaminya. Nabi
Ibrahim berfikir bahawa tamu-
tamunya itu berjumlah tiga orang
dan mereka tampak masih muda-
muda sedangkan ia sudah tua. Para
malaikat dapat membaca fikiran yang
bergolak dalam diri Nabi Ibrahim.
Salah seorang malaikat berkata
padanya: "Janganlah engkau takut."
Nabi Ibrahim mengangkat kepalanya
dan dengan penuh kejujuran ia
berkata: "Aku mengakui bahawa aku
merasa takut. Aku telah mengajak
kalian untuk makan dan telah
menyambut kalian, tapi kalian tidak
mahu memakannya. Apakah kalian
mempunyai niat buruk kepadaku?"
Salah seorang malaikat tersenyum
dan berkata: "Kita tidak makan wahai
Ibrahim, kerana kita adalah
malaikat-malaikat Allah SWT dan
kami telah diutus kepada kaum
Luth."
Mendengar semua itu, isteri Nabi
Ibrahim tertawa. Ia berdiri
mengikuti dialog yang terjadi antara
suaminya dan mereka. Salah seorang
malaikat menoleh kepadanya dan
memberinya khabar gembira tentang
kelahiran Ishak. Allah SWT
memberimu khabar gembira dengan
kelahiran Ishak. Wanita tua itu
dengan penuh kehairanan berkata:
"Sungguh menghairankan, apakah
aku akan melahirkan anak padahal
aku adalah seorang perempuan tua,
dan ini suamiku pun dalam
keadaan yang sangat tua
pula?" (QS. Hud: 72)
Dan salah seorang malaikat kembali
berkata kepadanya:
"Dan sesudah Ishak (lahir pula)
Ya'qub." (QS. Hud: 71)
Engkau akan menyaksikan kelahiran
cucumu. Bergolaklah berbagai
perasaan dalam had Nabi Ibrahim
dan isterinya. Suasana di kamar pun
berubah dan hilanglah rasa takut
dari Nabi Ibrahim. Kemudian hatinya
dipenuhi dengan kegembiraan.
isterinya yang mandul berdiri dalam
keadaan gementar, kerana berita
gembira yang dibawa oleh para
malaikat itu cukup menggoncangkan
jiwanya. Ia adalah wanita yang tua
dan mandul dan suaminya juga laki-
laki tua, maka bagaimana mungkin,
padahal dia adalah wanita tua. Di
tengah-tengah berita yang cukup
menggoncangkan tersebut, Nabi
Ibrahim bertanya:
"Apakah kamu memberi khabar
gembira kepadaku padahal usiaku
telah lanjut, maka dengan cara
bagaimanakah (terlaksananya)
berita gembira yang kamu
khabarkan ini?" (QS. al-Hijr: 54)
Apakah beliau ingin mendengarkan
khabar gembira untuk kedua kalinya,
ataukah ia ingin agar hatinya
menjadi tenang dan mendengar
kedua kalinya kurnia dari Allah SWT
padanya? Ataukah Nabi Ibrahim
ingin menampakkan kegembiraannya
kedua kalinya? Para malaikat
menegaskan padanya bahawa
mereka membawa berita gembira
yang penuh dengan kebenaran.
"Mereka menjawab: 'Kami
menyampaikan khabar gembira
kepadamu dengan benar, maka
janganlah kamu termasuk orang-
orang yang berputus asa.'" (QS. al-
Hijr: 55)
"Ibrahim berkata: 'Tidak ada orang
yang berputus asa dari rahmat
Tuhannya,
kecuali orang-orang yang
sesat.'" (QS. al-Hijr: 56)
Para malaikat tidak memahami
perasaan kemanusiaannya, maka
mereka melarangnya agar jangan
sampai berputus asa. Nabi Ibrahim
memahamkan mereka bahawa ia
tidak berputus asa tetapi yang
ditampakkannya hanya sekadar
kegembiraan. Kemudian isteri Nabi
Ibrahim turut bergabung dalam
pembicaraan bersama mereka. la
bertanya dengan penuh kehairanan:
"Apakah aku akan melahirkan
sementara aku adalah wanita yang
sudah tua. Sungguh hal ini sangat
menghairankan." Para malaikat
menjawab:
"Para malaikat itu berkata: 'Apakah
kamu merasa hairan tentang
ketetapan Allah? (Itu adalah)
rahmat Allah dan keberkatan-Nya,
dicurahkan atas kamu, hai Ahlul
bait! Sesungguhnya Allah Maha
Terpuji lagi Maha Pemurah.'" (QS.
Hud: 73)
Berita gembira itu bukan sesuatu
yang sederhana dalam kehidupan
Nabi Ibrahim dan isterinya. Nabi
Ibrahim tidak mempunyai anak
kecuali Ismail di mana ia
meninggalkannya di tempat yang
jauh, di Jazirah Arab. isterinya Sarah
selama puluhan tahun bersamanya
dan tidak memberinya anak. Ia
sendiri yang menikahkan Nabi
Ibrahim dengan pembantunya,
Hajar. Maka dari Hajar lahirlah
Ismail, sedangkan Sarah tidak
memiliki anak. Oleh kerana itu,
Sarah memiliki kerinduan besar
terhadap anak.
Para malaikat berkata padanya:
"Sesungguhnya itu terjadi dengan
kehendak Allah SWT. Demikianlah
yang diinginkan-Nya kepadanya dan
pada suaminya." Kemudian saat ia
berusia senja, ia mendapatkan
khabar gembira di mana ia akan
melahirkan seorang anak, bukan
anak biasa tetapi seorang anak yang
cerdas. Bukan ini saja, para malaikat
juga menyampaikan kepadanya
bahawa anaknya akan mempunyai
anak (cucunya) dan ia pun akan
menyaksikannya. Wanita itu telah
bersabar cukup lama kemudian ia
memasuki usia senja dan lupa. Lalu
datanglah balasan Allah SWT dengan
tiba-tiba yang menghapus semua
ini. Air matanya berlinang saat ia
berdiri kerana saking gembiranya.
Sementara itu Nabi Ibrahim as
merasakan suatu perasaan yang
menghairankan. Hatinya dipenuhi
dengan kasih sayang dan kedekatan.
Nabi Ibrahim mengetahui bahawa ia
sekarang berada di hadapan suatu
nikmat yang ia tidak mengetahui
bagaimana harus mensyukurinya.
Nabi Ibrahim segera bersujud. Saat
itu anaknya Ismail ada di sana
namun ia jauh darinya sehingga
tidak melihatnya. Ismail ada di sana
atas perintah Allah SWT di mana Dia
memerintahkannya untuk membawa
anaknya bersama ibunya dan
meninggalkan mereka di suatu
lembah yang tidak memiliki tanaman
dan air. Demikianlah perintah
tersebut tanpa ada keterangan yang
lain. Nabi Ibrahim melaksanakan
perintah tersebut dengan tulus, dan
beliau hanya berdakwah dan
menyembah Allah SWT. Allah SWT
memberinya khabar gembira saat
beliau menginjak usia tua dengan
kelahiran Ishak dari isterinya Sarah,
dan setelah kelahirannya disusul
dengan kelahiran Yakub. Nabi
Ibrahim bangun dari sujudnya lalu
pandangannya tertuju pada
makanan. Ia merasa tidak mampu
lagi melanjutkan makan kerana
saking gembiranya. Ia
memerintahkan pembantunya untuk
mengangkat makanan, lalu beliau
menoleh kepada para malaikat.
Hilanglah rasa takut Nabi Ibrahim
dan keresahannya menjadi tenang.
Nabi Ibrahim mengetahui bahawa
mereka diutus pada kaum Luth
sedangkan Luth adalah anak
saudaranya yang tinggal bersamanya
di tempat kelahirannya.
Nabi Ibrahim mengetahui maksud
pengutusan para malaikat pada Luth
dan kaumnya. Ini bererti akan
terjadi suatu hukuman yang
mengerikan. Karakter Nabi Ibrahim
yang penyayang dan lembut
menjadikannya tidak mampu
menahan kehancuran suatu kaum.
Barangkali kaum Luth akan
bertaubat dan masuk Islam serta
menaati perintah rasul mereka. Nabi
Ibrahim mulai mendebat para
malaikat tentang kaum Luth. Nabi
Ibrahim berbicara kepada mereka,
bahawa boleh jadi mereka akan
beriman dan keluar dari jalan
penyimpangan. Namun para
malaikat memahamkannya bahawa
kaum Luth adalah orang-orang yang
jahat, dan bahawa tugas mereka
adalah mengirim batu-batuan yang
panas dari sisi Tuhan bagi orang-
orang yang melampaui batas.
Setelah para malaikat menutup
pintu dialog itu, Nabi Ibrahim
kembali berbicara kepada mereka
tentang orang-orang mukmin dari
kaum Luth. Ia bertanya kepada
mereka: "Apakah kalian akan
menghancurkan suatu desa yang di
dalamnya terdapat tiga ratus orang
mukmin?" Para malaikat menjawab:
"Tidak." Nabi Ibrahim mulai
mengurangi jumlah orang-orang
mukmin dan ia bertanya lagi kepada
mereka: "Apakah desa itu akan
dihancurkan sementara masih ada
sejumlah orang-orang mukmin ini."
Para malaikat menjawab: "Kami lebih
mengetahui orang-orang yang ada di
dalamnya." Kemudian mereka
memahamkannya bahawa perkara
tersebut telah ditetapkan dan
bahawa kehendak Allah SWT telah
diputuskan untuk menghancurkan
kaum Luth. Para malaikat memberi
pengertian kepada Nabi Ibrahim
agar beliau tidak terlibat lebih jauh
dalam dialog itu kerana Allah SWT
telah memutuskan perintah-Nya
untuk mendatangkan azab yang
tidak dapat ditolak, suatu azab yang
tidak dapat dihindari dengan
pertanyaan Nabi Ibrahim. Namun
pertanyaan Nabi Ibrahim itu
berangkat dari seorang Nabi yang
sangat penyayang dan penyantun.
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya utusan-utusan
kami (malaikat-malaikat) telah
datang kepada Ibrahim dengan
membawa khabar gembira, mereka
mengucapkan:
'Salamun' (Selamatlah), maka tidak
lama kemudian Ibrahim
menyuguhkan daging anak sapi
yang dipanggang. Maka tatkala
dilihatnya tangan mereka tidak
menjamahnya, Ibrahim memandang
aneh perbuatan mereka, dan
merasa takut kepada mereka.
Malaikat itu berkata: 'Janganlah
kamu takut, sesungguhnya kami
adalah (malaikat-malaikat) yang
diutus kepada kaum Luth. Dan
isterinya berdiri (di balik tirai) lalu
dia tersenyum. Maka kami
sampaikan kepadanya khabar
gembira tentang (kelahiran) Ishak
dan dari Ishak (akan lahir
puteranya) Yakub. isterinya
berkata: 'Sungguh menghairankan,
apakah aku akan melahirkan anak
padahal aku adalah seorang
perempuan tua, dan ini suamiku
pun dalam keadaan yang sudah tua
pula? Sesungguhnya ini benar-benar
suatu yang sangat aneh.' Para
malaikat itu berkata: 'Apakah kamu
merasa hairan tentang ketetapan
Allah? (Itu adalah) rahmat Allah
dan keberkatan- Nya, dicurahkan
atas kamu, hai ahlul bait!
Sesungguhnya Allah Maha Pemurah
lagi Maha Terpuji.' Maka tatkala
rasa takut itu hilang dari Ibrahim
dan berita gembira telah datang
kepadanya, dia pun bersoal jawab
dengan (malaikat-malaikat) Kami
tentang kaum Luth. Sesungguhnya
Ibrahim itu benar-benar seorang
yang penyantun lagi penghiba dan
suka kembali kepada Allah. Hai
Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab
ini sesungguhnya telah datang
ketetapan Tuhanmu, dan
sesungguhnya mereka itu akan
didatangi azab yang tidak dapat
ditolak." (QS. Hud: 69-76)
Pernyataan malaikat itu sebagai
syarat untuk mengakhiri perdebatan
itu. Ibrahim pun terdiam. Marilah
kita tinggalkan Nabi Ibrahim dan
kita beralih pada Nabi Luth dan
kaumnya.
[1] Terdapat perbezaan pendapat
dalam mentafsirkan kata "ab" dalam
kisah Nabi Ibrahim as dalam al-
Quran. Sebahagian mengertikannya
dengan erti lahiriahnya, yaitu ayah.
Tapi, kelompok yang lain
beranggapan bahawa yang dimaksud
dengan kata tersebut adalah bapa
saudara. (Pengarang)
Minggu, 23 November 2014
Sabtu, 22 November 2014
Pengertian Majas dan Jenis-jenis Majas
Majas.
*Majas atau gaya bahasa adalah
pemanfaatan kekayaan bahasa ,
pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu,
keseluruhan ciri bahasa sekelompok
penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis [1].
Jenis-jenis Majas
1.Majas perbandingan
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas perbandingan
*Alegori : Menyatakan dengan cara
lain, melalui kiasan atau
penggambaran.
Contoh: Perjalanan hidup
manusia seperti sungai yang
mengalir menyusuri tebing-tebing,
yang kadang-kadang sulit ditebak
kedalamannya, yang rela
menerima segala sampah, dan
yang pada akhirnya berhenti
ketika bertemu dengan laut.
*Alusio : Pemakaian ungkapan yang
tidak diselesaikan karena sudah
dikenal.
Contoh: Sudah dua hari ia tidak
terlihat batang hidungnya.
*Simile : Pengungkapan dengan
perbandingan eksplisit yang
dinyatakan dengan kata depan
dan penghubung, seperti
layaknya , bagaikan , " umpama",
"ibarat","bak", bagai".
Contoh: Kau umpama air aku
bagai minyaknya, bagaikan Qais
dan Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja.
*Metafora : Gaya Bahasa yang
membandingkan suatu benda
dengan benda lain karena
mempunyai sifat yang sama atau
hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena
sang raja siang enggan
menampakkan diri.
*Antropomorfisme : Metafora yang
menggunakan kata atau bentuk
lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan
manusia.
*Sinestesia : Majas yang berupa
suatu ungkapan rasa dari suatu
indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
*Antonomasia: Penggunaan sifat
sebagai nama diri atau nama diri
lain sebagai nama jenis.
*Aptronim: Pemberian nama yang
cocok dengan sifat atau
pekerjaan orang.
*Metonimia : Pengungkapan
berupa penggunaan nama untuk
benda lain yang menjadi merek,
ciri khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap
jarum, dia terserang penyakit
paru-paru .(Rokok merek Djarum).
*Hipokorisme : Penggunaan nama
timangan atau kata yang dipakai
untuk menunjukkan hubungan
karib.
*Litotes : Ungkapan berupa
penurunan kualitas suatu fakta
dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh: Terimalah kado yang
tidak berharga ini sebagai tanda
terima kasihku.
*Hiperbola : Pengungkapan yang
melebih-lebihkan kenyataan
sehingga kenyataan tersebut
menjadi tidak masuk akal.
Contoh: Gedung-gedung
perkantoran di kota-kota besar
telah mencapai langit.
*Personifikasi : Pengungkapan
dengan menggunakan perilaku
manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia.
Contoh: Hembusan angin di tepi
pantai membelai rambutku.
*Depersonifikasi : Pengungkapan
dengan tidak menjadikan benda-
benda mati atau tidak bernyawa.
*Pars pro toto: Pengungkapan
sebagian dari objek untuk
menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh:Sejak kemarin dia tidak
kelihatan batang hidungnya.
*Totum pro parte : Pengungkapan
keseluruhan objek padahal yang
dimaksud hanya sebagian.
Contoh: Indonesia bertanding voli
melawan Thailand.
*Eufimisme : Pengungkapan kata-
kata yang dipandang tabu atau
dirasa kasar dengan kata-kata
lain yang lebih pantas atau
dianggap halus.
Contoh: Dimana saya bisa
menemukan kamar kecilnya?
*Disfemisme: Pengungkapan
pernyataan tabu atau yang dirasa
kurang pantas sebagaimana
adanya.
*Fabel : Menyatakan perilaku
binatang sebagai manusia yang
dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh: Perilakunya seperti ular
yang menggeliat.
*Parabel: Ungkapan pelajaran atau
nilai tetapi dikiaskan atau
disamarkan dalam cerita.
*Perifrasa : Ungkapan yang
panjang sebagai pengganti
ungkapan yang lebih pendek.
*Eponim: Menjadikan nama orang
sebagai tempat atau pranata.
Contoh: Kita bermain ke rumah
Ina.
*Simbolik : Melukiskan sesuatu
dengan menggunakan simbol
atau lambang untuk menyatakan
maksud.
*Asosiasi : perbandingan terhadap
dua hal yang berbeda, namun
dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah
mencari jalan keluarnya seperti
benang kusut.
2.Majas sindiran
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas sindiran
*Ironi : Sindiran dengan
menyembunyikan fakta yang
sebenarnya dan mengatakan
kebalikan dari fakta tersebut.
Contoh: Suaramu merdu seperti
kaset kusut.
*Sarkasme: Sindiran langsung dan
kasar.
*Sinisme: Ungkapan yang bersifat
mencemooh pikiran atau ide
bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ?
Mengapa harus bertanya
kepadaku ?
*Satire: Ungkapan yang
menggunakan sarkasme, ironi,
atau parodi, untuk mengecam
atau menertawakan gagasan,
kebiasaan, dll.
*Innuendo : Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
3.Majas penegasan
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas penegasan
*Apofasis : Penegasan dengan cara
seolah-olah menyangkal yang
ditegaskan.
*Pleonasme : Menambahkan
keterangan pada pernyataan yang
sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya
tidak diperlukan.
Contoh: Saya naik tangga ke atas.
*Repetisi : Perulangan kata, frasa,
dan klausa yang sama dalam
suatu kalimat.
*Pararima : Pengulangan konsonan
awal dan akhir dalam kata atau
bagian kata yang berlainan.
*Aliterasi : Repetisi konsonan pada
awal kata secara berurutan.
*Paralelisme: Pengungkapan
dengan menggunakan kata, frasa,
atau klausa yang sejajar.
*Tautologi: Pengulangan kata
dengan menggunakan
sinonimnya.
Sigmatisme: Pengulangan bunyi
" s" untuk efek tertentu.
*Antanaklasis : Menggunakan
perulangan kata yang sama,
tetapi dengan makna yang
berlainan.
*Klimaks: Pemaparan pikiran atau
hal secara berturut-turut dari
yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang
kompleks/lebih penting.
*Antiklimaks: Pemaparan pikiran
atau hal secara berturut-turut
dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang
sederhana/kurang penting.
*Inversi : Menyebutkan terlebih
dahulu predikat dalam suatu
kalimat sebelum subjeknya.
*Retoris : Ungkapan pertanyaan
yang jawabannya telah
terkandung di dalam pertanyaan
tersebut.
*Elipsis : Penghilangan satu atau
beberapa unsur kalimat, yang
dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
*Koreksio : Ungkapan dengan
menyebutkan hal-hal yang
dianggap keliru atau kurang
tepat, kemudian disebutkan
maksud yang sesungguhnya.
*Polisindenton : Pengungkapan
suatu kalimat atau wacana,
dihubungkan dengan kata
penghubung.
*Asindeton : Pengungkapan suatu
kalimat atau wacana tanpa kata
penghubung.
*Interupsi: Ungkapan berupa
penyisipan keterangan tambahan
di antara unsur-unsur kalimat.
*Eksklamasio : Ungkapan dengan
menggunakan kata-kata seru.
*Enumerasio : Ungkapan
penegasan berupa penguraian
bagian demi bagian suatu
keseluruhan.
*Preterito : Ungkapan penegasan
dengan cara menyembunyikan
maksud yang sebenarnya.
*Alonim : Penggunaan varian dari
nama untuk menegaskan.
*Kolokasi : Asosiasi tetap antara
suatu kata dengan kata lain yang
berdampingan dalam kalimat.
*Silepsis: Penggunaan satu kata
yang mempunyai lebih dari satu
makna dan yang berfungsi dalam
lebih dari satu konstruksi
sintaksis.
*Zeugma: Silepsi dengan
menggunakan kata yang tidak
logis dan tidak gramatis untuk
konstruksi sintaksis yang kedua,
sehingga menjadi kalimat yang
rancu.
4.Majas pertentangan
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Majas pertentangan
*Paradoks : Pengungkapan dengan
menyatakan dua hal yang seolah-
olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
*Oksimoron : Paradoks dalam satu frasa.
*Antitesis : Pengungkapan dengan
menggunakan kata-kata yang
berlawanan arti satu dengan
yang lainnya.
*Kontradiksi interminus:
Pernyataan yang bersifat
menyangkal yang telah
disebutkan pada bagian
sebelumnya.
*Anakronisme: Ungkapan yang
mengandung ketidak sesuaian
dengan antara peristiwa dengan
waktunya.